Saat kita memutuskan berhenti saling menjaga, berhenti saling peduli,
dan berhenti saling mencintai. Pandangan mataku kosong, saat itu langit
seketika menghitam. Aku duduk di salah satu tempat yang kamu pasti
tahu.
Mencoba menemukan tawa yang dulu. Mencoba merakit kembali kepingan hati yang berantakan. Tapi hasilnya nihil, belum ada yang bisa membuat aku jatuh cinta seperti kamu, mungkin.
Sekarang, aku nyaris tidak tahu, apa alasanku tertawa, apa alasanku terjaga setiap malam, apa alasanku masih mencintaimu diam diam.
Sebenarnya senja di kotaku tidak lagi tampak jelas warnanya, begitu juga saat malam menggantikan posisinya. Saat ribuan burung kembali kesangkarnya, ada perasaan yang sukar dijelaskan warnanya. Mungkin hitam, atau putih. Aku masih belum tahu pasti.
Memintamu bertahan adalah sulit, maka membiarkanmu pergi dengan harapan suatu saat akan kembali lagi. Tapi rasanya tidak mungkin, egomu terlalu tinggi, gengsiku sampai kalah telak. Tidak ada yang bisa mengulang waktu, termasuk rinduku.
Mencoba menemukan tawa yang dulu. Mencoba merakit kembali kepingan hati yang berantakan. Tapi hasilnya nihil, belum ada yang bisa membuat aku jatuh cinta seperti kamu, mungkin.
Sekarang, aku nyaris tidak tahu, apa alasanku tertawa, apa alasanku terjaga setiap malam, apa alasanku masih mencintaimu diam diam.
Sebenarnya senja di kotaku tidak lagi tampak jelas warnanya, begitu juga saat malam menggantikan posisinya. Saat ribuan burung kembali kesangkarnya, ada perasaan yang sukar dijelaskan warnanya. Mungkin hitam, atau putih. Aku masih belum tahu pasti.
Memintamu bertahan adalah sulit, maka membiarkanmu pergi dengan harapan suatu saat akan kembali lagi. Tapi rasanya tidak mungkin, egomu terlalu tinggi, gengsiku sampai kalah telak. Tidak ada yang bisa mengulang waktu, termasuk rinduku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar