Ada yang diam-diam ingin disapa olehmu. Percayalah.
Ada yang mengharap pertemuan kedua,
setelah matamu mendarat di matanya, tanpa aba-aba.
Ada yang setiap hari
terbangun buru-buru, demi sebuah frasa ‘Selamat pagi’ dari bibirmu.
Ada
yang tak pernah berhenti mencatat. Sebab, setiap kalimatmu adalah peta.
Ia tak mau tersesat.
Ada mata yang berbinar sempurna dalam
tunduk sipu, tiap kau sebut sebuah nama, miliknya.
Ada yang
mengembangkan sesimpul lengkung di bibirnya, di balik punggungmu,
malu-malu.
Ada yang memilih terduduk saat jarakmu berdiri dengannya
hanya beberapa kepal. Lututnya melemas, tiba-tiba.
Ada yang tak pernah
melepas telinganya dari pintu. Menunggu sebuah ketukan darimu.
Ada yang dadanya terasa berat dan kau
tak pernah tahu, saat kau tak tertangkap matanya beberapa waktu.
Ada
yang pernah merasa begitu utuh, setelah kaki-kaki menjejak jauh darinya.
Sekarang, runtuh.
Ada yang diam-diam mendoakanmu, dalam-dalam.
Percayalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar