BAB II
PEMBAHASAN
· Definisi
Kandung empedu merupakan kantong
berongga berbentuk
pir yang terletak di bawah lobus kanan hati.
Empedu yang di sekresi secara terus
menerus oleh hati, salura empedu yang kesil bersatu mambentuk dua saluran lebih
besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan
kiri, yang segera barsatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus
bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang,
duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula
vateri(bagian duktus yang melebar pada tempat menyatu) sebelum bermuara ke usus
halus . bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut
otot sirkular yang dikenal sebagai
sfingter oddi
Fungsi utama kandung empedu
Menyimpan dan
memekatkan empedu. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 40-60 ml empedu.
Empedu hati tidak dapat segera masuk ke deudenum; akan tetapi setelah melewati
duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan kandung empedu. Dalam
kandung empedu, pembuluh limfe dan bembuluh darah mengabsorbsi air dan
garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira 5 kali
lebih pekat dibandingkan dengan empedu hati. Secara berkala kandung empedu
mengosongkan isinya kedalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan otot
nya dan relaksasi sfingter oddi. Hormone kolesistokinin (CCK) dilepaskan dari
sel duodenal akibat hasil pencernaan dari protein dan lipid dan hal ini
merangsang terjadinya kontraksi kandung empedu.
Anatomi dan
Fisiologi Kandung Empedu
Anatomi Kandung Empedu
Kandung empedu bentuknya seperti pir, panjangnya sekitar 7 - 10 cm.
Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung
sampai 300 cc. Organ ini terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Bagian ekstrahepatik dari kandung
ampedu ditutupi oleh peritoneum.(yayan 2008)
Menurut Pearce ( 2006) bagian-bagian kandung empedu yaitu:
a. Fundus Vesikafelea
Bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di
atas tepi hati, dan sebagian besar tersusun atas otot polos dan jaringan
elastik merupakan tempat penampungan empedu.
b. Korpus Vesikafelea
Bentuknya terbesar dari kandung empedu dan ujungnya membentuk leher dari
kandung empedu
c. Leher Kandung Empedu
Merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuknya
getah empedu ke badan kandung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung
empedu.
d. Duktus Sistikus
Panjangnya + 3 ¾ cm berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung
dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum
e. Duktus Hepatikus
Saluran yang keluar dari leher
f. Duktus koledukus
Saluran yang membawa empedu ke duodenum
Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri akan terbagi menjadi
arteria dan posterior secara khas merupakan cabang dari arteri hepatica kanan,
tetapi asal dari arteri sistika bervariasi.
Menurut Pearce, 2006: 206, kandung empedu mempunyai beberapa lapisan yaitu:
a. Lapisan Serosa Peritoneal
Merupakan lapisan luar dari empedu
b. Lapisan otot tak bergaris
Merupakan lapisan tengah dari empedu.
c. Lapisan dalam mukosa atau membrane mukosa
Merupakan lapisan yang bersambung dengan lapisan saluran empedu yang memuat
sel epitel silinder yang mengeluarkan sekret masin dan cepat mengabsorpsi air
dan elektrolit, tetapi tidak garam empedu atau pigmen karena itu empedunya
menjadi pekat.
Fisiologi Kandung Empedu
Empedu diproduksi oleh sel hepatosis sebanyak 500-1500 ml per hari. Di luar
waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Dan disini
mengalami pemekatan sekitar 50 persen. Pengaliran cairan empedu di atur tiga
faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan tahanan
sfingter koledukus. (Baughman,2000).
Cairan empedu merupakan cairan yang kental yang berwarna kuning keemasan
kehijauan yang dihasilkan secara terus menerus oleh sel hepar + 500-1000 ml
sehari. Empedu merupakan zat esensial yang diperlukan dalam pencernaan dan
penyerapan lemak. Cairan empedu merupakan suatu media untuk menyekresi zat
tertentu yang tidak dapat disekresi oleh ginjal. (Syaifuddin, 2009).
Menurut Syaifuddin (2009) unsur-unsur cairan empedu yaitu:
a. Garam-garam empedu
Disintesis oleh hepar, berasal dari kolesterol, suatu alcohol steroid yang
banyak dihasilkan hati dan berfungsi membantu pencernaan lemak dan mengemulsi
lemak dengan kelenjar lipase dari pankreas
b. Sirkulasi Antero Hepatik
Garam empedu (pigmen) diabsorpsi oleh usus halus masuk ke dalam vena partu
di alirkan ke hati untuk digunakan ulang
c. Pigmen Empedu
Pigmen empedu merupakan hasil utama dari pemecahan haemoglobin dari plasma
mensekresinya ke dalam empedu
d. Bakteri Dalam Usus Halus
Bakteri dalam usus halus mengubah billirubin menjadi urobilin yaitu satu
zat yang direabsorpsi dari usus dan di ubah menjadi sterkobilin yang disekresi
dalam feses sehingga berwarna kuning.
Fungsi kandung empedu adalah:
a. Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental
b. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel hati jumlah setiap hari
dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc yang digunakan untuk mencerna lemak
c. Memberi warna feses dan sebagian diabsorpsi kembali oleh darah dan
membuat warna pada urin yang disebut urobilin
Gejala-Gejala Pada Kandung Empedu
Gejala Batu Empedu
Rasa nyeri di perut, di bawah rusuk yang menjalar ke punggung, tulang
belikat, atau di bawah bahu kanan menjadi gejala khas dari batu empedu.
Seorang dengan batu empedu mungkin akan mengalami sakit parah dalam
beberapa jam setelah mengonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi.
Beberapa gejala umum lainnya meliputi mual, muntah, perut kembung, gas
usus, gangguan pencernaan, dan jaundice (kulit kuning).
Selain itu gejala mirip flu, seperti menggigil, keringat dingin, dan demam
juga bisa terjadi yang disertai nyeri perut.
Tinja yang berwarna seperti dempul bisa menjadi salah satu indikasi batu
empedu.
·
Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu,
biasanya berhubungan engan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik,
menyebabkan distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu
empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer,
Suzanne, C. 2001)
Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus
pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu
menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun,
banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)
Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu
yang tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak
terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi
batu-batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan
operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak
larut dalam air, kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin
(fosfolipid) dalam empedu. Pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan
sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan
ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu yang jenuh oleh kolesterol yang
kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu dan menjadi
iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C.,
2000)
Manifestasi Klinis
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat
3. Eliminasi
Gejala : perubahan warnaa urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin gelap,
pekat, feses warna tanah liat, steaforea.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu
kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas ditekan
6. Pernafasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal
7. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan
(kekurangan vitamin K)
(Doenges, Marilynn E, 1999)
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Pemeriksaan sinar X-Abdomen
2.
Ultrasonografi (USG)
3.
Pemeriksaan pencitraan
radionukleida atau koleskintografi
4.
Kolesistogragi
5.
Kolanlopankreatogragi retrogad
endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography) :
pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam
esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.
6.
Kolangiografi transhepatik
perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier.
(Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
7.
Darah lengkap : lekositosis
sedang
8.
Bilirubin dan amilase serum
meningkat
9.
Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT
(SGPT), LDH meningkat
10.
Kadar protrombin : menurun
11.
CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999)
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat,
cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang
dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk).
Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya
dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau
metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring
untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang
yang diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media
cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu
diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi
selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil
melalui dinding abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu
empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)
Komplikasi
1.
Kolistitis
obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus
2.
Peritonitus
3.
Ruptur dinding kandung kemih
(Arif Mansjoer, 2001)
·
Kolesistitis
DEFINISI
Kolesistitis adalah Inflamasi kantung empedu
akut atau kronis yang disebabkan oleh batu empedu yang terjepit dalam saluran
sistik dan disertai inflamasi di balik
obstruksi (Williams&Wilkins, 2011)
Kolesistitis adalah Inflamasi kandung empedu
akut atau kronik (Ovedoff, 2002)
ETIOLOGI
·
Penyebab tersering obstruksi duktus oleh batu empedu
·
Kolelitiasis terdapat lebih dari 80%
·
Infeksi bacterial dapat terjadi karena adanya obstruksi
·
Proses inflamasi berkembang
relative lambat tetapi dapat berkembang menjadi empiema, gangren dan perforasi
·
Penyakit kronik sering terjadi setelah serangan inflamasi akut yang
berulang-ulang secara terpisah tetapi mungkin berkembang berangsur-angsur tanpa
terjadi eksaserbasi akut
PATOFISIOLOGI*
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai
tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya
dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan
elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Pada individu normal, cairan empedu
mengalir ke kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu,
cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya
diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis empedu dalam
kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan
kimia dan pengendapan unsur tersebut. Perubahan metabolisme yang disebabkan
oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung
empedu. Jika pengobatan tertunda atau tidak tersedia, dalam beberapa kasus
kandung empedu menjadi sangat terinfeksi dan bahkan gangren. Hal ini dapat
mengakibatkan keracunan darah (septikemia), yang sangat serius dan dapat
mengancam hidup. mungkin komplikasi lain termasuk: kantong empedu dapat
perforasi (pecah), atau fistula (saluran) bisa terbentuk antara kandung empedu
dan usus sebagai akibat dari peradangan lanjutan.
NURSING PATHWAY:
MANIFESTASI KLINIS
·
Nyeri abdomen timbul berangsur-angsur mungkin didahului oleh nyeri
epigastrium tetapi segera menetap di daerah subkostal kanan dan mungkin terasa
pada punggung di bawah scapula.
·
95% pasien kolesistitis akan menderita kolelitiasis
·
Riwayat kolik bilier: anoreksia, mual dan muntah,
serta demam sering
terdapat
·
Nyeri tekan pada daerah bawah iga kanan; spasme otot polos membatasi
pemeriksaan
·
Bila penderita bernapas dalam, nyeri tekan bertambah hebat selama palpasi
bila ibu jari pemeriksa diletakkan pada garis payudara; menyebabkan pernapasan
berhenti (inspiratory arrest)(tanda Murphy)
·
Kandung empedu kadang-kadang dapat teraba
·
Leukositosis
·
Demam
·
Diaforesis
·
Mual, muntah
·
Nyeri tekan kuadran kanan atas
·
Peninggian bilirubin ringan
·
Peninggian fosfatase alkali
·
Ikterus dapat terjadi
·
Gatal
·
Atresia Biliary
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk
atau tidak berkembang secara normal. Dapat juga diartikan bahwa Obstruksi
billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan
fibrosis. Atresia Billiaris merupakan obstruksi bilier ekstrahepatik progresif
pada neonates. Cabang-cabang bilier ekstrahepatik mengalammi fibrosis, dan
terlibat dalam inflamasi hebat yang menunjukan adanyha infeksi. Jika
tidak diobati, akhirnya akan membahayakan system bilier intrahepatik dan
mengakibatkan sirosis, hipertensi portal, asites, dan insufisiensi hepar.Atresia biliary merupakan obliterasi atau hipoplasi satu komponen atau lebih dari duktus biliaris akibat terhentinya perkembangan janin, menyebabkan ikterus persisten dan kerusakan hati yang bervariasi dari statis empedu sampai sirosis biliaris, dengan splenomegali bila berlanjut menjadi hipertensi porta. (Kamus Kedokteran Dorland 2002: 206). Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut. (Donna L. Wong 2008: 1028)
Atresia bilier (biliary atresia)a adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital, yang berarti terjadi saat kelahiran. Atresia billiaris merupakan salah satu penyebab dari kolestasis extrahepatik. Gejala yang sering menyertai adalah: sindrom polisplenia (situs inversus, levocardia, dan tidak adanya vena cava inferior). Napsu makan sangat menurun, muntah, irritable dan sepsis akibat adanya kelainan metabolisme, (missal: galaktosemia, intoleransi fruktosa herediter, trisemia, dll), Hersig J (1980).
Atresia billiaris merupakan penyebab tersering dari ikterus pada neonates. Atresia merupakan kegagalan perkembangan lumen pada korda epitel yang akhirnya menjadi duktus billiaris, kegagalan ini dapat menyeluruh atau sebagian. Penyakit ini tidak mungkin terjadi lebih dari sekali dalam sebuah keluarga.
Etiologi
Biliaris ini disebabkan oleh:
Biliaris ini disebabkan oleh:
·
batu empedu
·
karsinoma kaput pankreas
·
radang duktus biliaris komunis
·
ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis
·
kista dari saluran empedu
·
limfe node diperbesar dalam prta hepatis
·
tumor yang menyebar ke sistem empedu
Patofisiologi
Atresia biliaris adalah kondisi congenital dimana tidak adanya atau
tertutupnya duktus yang menghubungkan empedu dan liver. Salah satu fungi liver
adalah untuk memproduksi empedu (yang dibuat dari kolesterol, garam empedu,
dan produg sisa/ pembuangan) yang mengalir dari liver menuju small
intestine (usus halus) dirnan ana fungsinya adalah membantu mencerna makanan.
Untuk alasan yang tidak diketehui, inflamasi yang progresif pada hati
segera dimula saat setelah lahir, tahap awal biasanya menyerang duktus
ekstrahepatik. Pembengkakan dan jaringan parut dalam system drainase empedu
didalam hepar dan diikuti oleh kerusakan sel hati yang sangat cepat,
mengakibatkan sirosis hepatis.
Kemungkinan dapat disebabkan oleh virus (missal: retrovirus) yang memicu
timbulnya respon autoimun dimana pertahanan tubuh mulai merusak sel-sel
kawannya. Atresia biliaris hanya menyerang bayi baru lahir dan bukan merupakan
penyakit herediter, menular dan dapat dicegah.
Secara embriologi, percabangan bilier berkembang dari divertikulum hepatik
dari embrio foregut. Duktus bilier intrahepatik berkembang dari
hepatosit janin, sel-sel asal bipotensial mengelilingi percabangan vena porta.
Sel-sel duktus bilier primitif ini membentuk sebuah cincin, piringan duktal,
yang berubah bentuk menjadi struktur duktus bilier matang. Proses perkembangan
duktus biliaris intrahepatik dinamis selama embriogenesis dan berlanjut sampai
beberapa waktu setelah lahir. Duktus biliaris ekstrahepatik muncul dari aspek
kaudal divertikulum hepatik. Selama stadium pemanjangan, duktus ekstrahepatik
nantinya akan menjadi, seperti duodenum, sebuah jalinan sel-sel padat. Pembentukan
kembali lumen dimulai dengan duktus komunis dan berkembang secara distal
seringkali mengakibatkan 2 atau 3 lumen untuk sementara, yang nantinya akan
bersatu. Komponen intrahepatik selanjutnya bergabung dengan sistem duktus
ekstrahepatik dalam daerah hilus.
Saat ini, teori yang paling membangkitkan minat adalah bahwa atresia bilier
merupakan hasil akhir satu atau beberapa dari cemooh-cemooh ini yang nantinya
menyebabkan epitel bilier menjadi ‘peningkatan susunan’ untuk mengekspresikan
antigen pada permukaan sel (Dillon). Pengenalan oleh sel T yang beredar
kemudian memulai respon imun dimediasi-sel, mengakibatkan cedera fibrosklerotik
yang terlihat pada atresia bilier. Tampaknya terdapat dua kelompok terpisaah
pasien dengan atresia bilier: bentuk embrionik awal dihubungkan dengan
kemunculan berbagai anomali lainnya dan bentuk janin kelak/perinatal yang
biasanya terlihat terisolasi. Etiologi masing-masingnya mungkin berbeda.
Temuan patologis pada atresia bilier ditandai dengan sklerotik inflamasi
yang kehilangan semua atau sebagian percabangan bilier ekstrahepatik juga
sistem bilier intrahepatik. Tidak seperti atresia traktus gastrointestinal
lainnya yang memiliki batasan tempat obstruksi jelas dengan dilatasi proksimal,
dalam varian atresia bilier yang paling umum, duktus biliaris diwakili oleh
jalinan fibrosa tanpa dilatasi apapun di proksimalnya. Sedangkan varian lainnya
memiliki sisa nyata – distal, dari kandung empedu, duktus sistikus dan duktus
komunis, atau proksimal, dengan hilus kista.
Kandung empedu biasanya kecil namun kemungkinan masih memiliki lumen
berkerut yang berisi cairan jernih (“empedu putih”). Secara mikroskopis, sisa
bilier diwakili oleh jaringan fibrosa padat, distal. Proksimal, duktus biliaris
dikelilingi oleh fibrosis konsentris dan infiltrat peradangan disekitar
struktur seperti-duktus yang kecil sekali, duktus koledokus dan kelenjar
bilier. Oklusi sclerosing duktus bilier menjadi lebih luas seiring
dengan pertambahan usia. Kasai dan rekan-rekannya memperlihatkan bahwa duktus
intrahepatik berhubungan dengan hepatis porta melalui kanal yang kecil sekali,
setidaknya diawal masa bayi. Rekonstruksi bedah berdasarkan pada pedoman ini.
Pathway
Manifestasi klinik
Gejala biasanya timbul dalam
waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
- Air kemih bayi berwarna gelap
- Tinja berwarna pucat
- Kulit berwarna kuning
- Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
- Hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3
bulan, akan timbul gejala berikut:
- Gangguan pertumbuhan
- Gatal-gatal
- Rewel
- Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dengan
demikian dapat di simpulkan bahwa Kandung Empedu antara lain:
Kolesistitis
merupakan peradangan kandung empedu mungkin akut maupun kronik. USA,
kolesistitsis merupakan salah satu indikasi yang paling lazim untuk pembedahan
abdomen. Distribusinya pada penduduk erat sejajar dengan batu empedu, dan
ternyata batu ditemukan pada 80 - 90 % dari semua penderita kolesistisis. Peran
jejas kimia, infeksi bakteri dan batu empedu kolesistisis merupakan pokok
permasalahan.
Pada
penanganannya pasien dengan kolesistisis perlu diberi diet atau batasan masukan
makanan berlemak, sebab hal ini dapat menyebabkan nyeri hebat pada abdomen
kanan atas. Teknis pengontrolan nyeri juga sangat perlu diterapkan pada pasien
berhubungan dengan kenyamanan pasien terganggu
Saran
Oleh
karena itu hendaklah dalam mengkonsumsi makanan harus seimbang dan memenuhi
banyak gizi supaya kondisi tubuh menjadi sehat dan tidak rentan terhadap
penyakit.selain itu banyak berolahraga agar kondisi imunitas tubuh menjadi baik
dan tahan terhadap penyakit maupun kondisi tubuh kita kebal terhadap
penyakit.jangan banyak mengkonsumsi alkohol maupun miras karena dapat memicu
penyakit hati dan kandung empedu.
DAFTAR PUSTAKA
Newman, W.A. Dorland. 2002. Kamus Kedoteran Dorland Edisi 29.
Jakarta: EG
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta
: EGC
Chandrasoma, Parakrama. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi, Ed 2. Jakarta :
EGC.
M. saccharin, Rosa. 1996. Prinsio Keperawatan Pediatrik, Ed. 2. Jakarta:
EGC.
Merestein, Gerald B. 1993. Buku Pengantar Pediatri. Jakarta: Widya Medika.
Rendla, Short, John. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi 6, Jilid 2.
Jakarta: Binar Putraaksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar