BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
Amerika, sekitar 4 juta orang menderita penyakit ini. Angka prevalansi
berhubungan erat dengan usia. Sekitar 10% populasi diatas 65 tahun menderita
penyakit ini. Bagi individu berusia diatas 85 tahun, angka ini meningkat sampai
47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit alzheimer menjadi
penyakit yang semakin bertambah banyak. Insiden kasus alzheimer meningkat pesat
sehingga menjadi epidemi di Amerika dengan insiden alzheimer sebanyak 187 :
100.000 per tahun dan penderita alzheimer 123 : 100.000 per tahun.
Berdasarkan
jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan laki-laki.
Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan
laki-laki.
Penyakit
Alzheimer atau demensia senil dari tipe Alzheimer merupakan penyakit kronik,
progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak dan diketahui mempengaruhi
memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. Penyakit ini merupakan salah
satu penyakit yang paling ditakutkan pada masa modern, karena penyakit ini
merupakan bencana besar yang terjadi pada pasien dan keluarganya, dimana
pengalaman pasien yang mengalaminya merupakan akhir yang tak ada habisnya
sampai kematian tiba.
B.
Tujuan umum
Memenuhi
tugas Student Center Learning (SCL) dari dosen pembimbing dan untuk mengetahui
secara garis besar gangguan pada sistem Persyarafan dan asuhan keperawatananya
C.
Tujuan khusus
1.
Meningkatakan pengetahuan dan wawasan mengenai konsep dasar penyakit Alzheimer,
yang meliputi Etiologi, Manifestasi klinis, Patofisiologi (Pathway),
komplikasi, penatalaksanaan medis dan pemeriksaan dignostiknya.
2. Memberikan gambaran Asuhan keperawatan yang teoritis kepada
pasien mengenai penyakit Alzheimer
3.
Menambah wawasan perawat, pasien, keluarga pasien dan masyarakat umum mengenai
penyakit Alzheimer
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Definisi / Pengertian
Alzheimer
merupakan penyakit kronik, progresif, dan merupakan gangguan degeneratif otak
dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri. (
Suddart, & Brunner, 2002 ).
Alzheimer
merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, dan kepribadian. Tidak dapat disembuhkan,
pengobatan ditujukan untuk menghentikan progresivitas penyakit dan meningkatkan
kemandirian penderita. (Dr. Sofi Kumala Dewi, dkk, 2008)
Alzheimer
adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan, yang terutama
menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofiologi : konsep klinis proses-
proses penyakit, juga merupakan penyakit dengan gangguan degeneratif yang
mengenai sel-sel otak dan menyebabkan gangguan fungsi intelektual, penyakit ini
timbul pada pria dan wanita dan menurut dokumen terjadi pada orang tertentu
pada usia 40 tahun. (Perawatan Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003)
Sehingga dengan
demikian Alzheimer adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai dengan
penurunan daya ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan
berkurangnya kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65
tahun keatas.
2.
Penyebab/Etiologi
Penyebab yang
pasti belum diketahui. Beberapa alternative penyebab yang telah dihipotesa
adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas, infeksi flament,
predisposisi heriditer. Dasar kelainan patologi penyakit Alzheimer terdiri dari
degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kongnitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya
defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan kalsium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapat produksi protein abnormal
yang non spesifik.
Penyakit
Alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga ikut terlibat,
dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus faktor genetika.
Adanya
defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan dalam kematian
selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang
diakibatkan oleh adanya peningkatan calcium intraseluler, kegagalan metabolisme
energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal
yang non spesifik. Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika (lingkungan) juga
ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai pencetus factor genetika.
3.
Patofisiologi
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan
neuropatologi yang dijumpai pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut
neuron yang kusut (masa kusut neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau
neuritis (deposit protein beta-amiloid, bagian dari suatu protein besar,
protein prukesor amiloid (APP). Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer
pada korteks serebri dan mengakibatkan rusaknya ukuran otak.
Secara maskroskopik, perubahan otak pada Alzheimer
melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan hippocampus, serta penimbunan
amiloid dalam pembuluh darah intracranial. Secara mikroskopik, terdapat
perubahan morfologik (structural) dan biokimia pada neuron – neuron. Perubahan
morfologis terdiri dari 2 ciri khas lesi yang pada akhirnya berkembang menjadi
degenarasi soma dan atau akson dan atau dendrit.
Satu tanda lesi pada AD adalah kekusutan
neurofibrilaris yaitu struktur intraselular yang berisi serat kusut dan
sebagian besar terdiri dari protein “tau”. Dalam SSP, protein tau
sebagian besar sebagai penghambat pembentuk structural yang terikat dan
menstabilkan mikrotubulus dan merupakan komponen penting dari sitokleton sel
neuron.
Pada neuron AD terjadi fosforilasi abnormal dari
protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan pada tau sehingga tidak dapat
terikat pada mikrotubulus secara bersama – sama. Tau yang abnormal terpuntir
masuk ke filament heliks ganda yang sekelilingnya masing – masing terluka.
Dengan kolapsnya system transport internal, hubungan interseluler adalah yang
pertama kali tidak berfungsi dan akhirnya diikuti kematian sel.
Pembentukan neuron yang kusut dan berkembangnya neuron yang rusak menyebabkan
Alzheimer.
Lesi khas lain adalah plak senilis, terutama terdiri
dari beta amiloid (A-beta) yang terbentuk dalam cairan jaringan di sekeliling
neuron bukan dalam sel neuronal. A-beta adalah fragmen protein prekusor amiloid
(APP) yang pada keadaan normal melekat pada membrane neuronal yang berperan
dalam pertumbuhan dan pertahanan neuron. APP terbagi menjadi fragmen – fragmen
oleh protease, salah satunya A-beta, fragmen lengket yang berkembang menjadi
gumpalan yang bisa larut. Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel
glia yang akhirnya membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang,
tidak dapat larut, dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain
adalah A-beta menghasilkan radikal bebas sehingga mengganggu hubungan
intraseluler dan menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin
rentannya neuron terhadap stressor. Selain karena lesi, perubahan biokimia
dalam SSP juga berpengaruh pada AD. Secara neurokimia kelainan pada otak.
4.
Gejala Klinis
Berlangsung lama dan bertahap, sehingga
pasien dan keluarga tidak menyadari secara pasti kapan timbulnya penyakit.
·
Terjadi
pada usia 40-90 tahun.
·
Tidak ada kelainana sistemik atau penyakit
otak lainnya.
·
Tidak ada
gangguan kesadaran.
·
Perburukan
progresif fungsi bahasa, keterampilan motorik dan persepsi.
·
Riwayat
keluarga Alzheimer, parkinson, diabetes melitus, hipertensi dan kelenjar
tiroid. (Dr. Sofi
Kumala Dewi, dkk, 2008 )
Gejala klinis dapat terlihat sebagai
berikut :
1. Kehilangan
daya ingat/memori
Pada orang tua normal, dia tidak ingat nama
tetangganya, tetapi dia tahu orang itu adalah tetangganya. Pada penderita
Alzheimer, dia bukan saja lupa nama tetangganya tetapi juga lupa bahwa orang
itu adalah tetangganya.
2. Kesulitan
melakukan aktivitas rutin yang biasa
Seperti tidak tahu bagaimana cara membuka baju atau
tidak tahu urutan-urutan menyiapkan makanan.
3. Kesulitan
berbahasa.
Umumnya pada usia lanjut didapat kesulitan untuk
menemukan kata yang tepat, tetapi penderita Alzheimer lupa akan kata-kata yang
sederhana atau menggantikan suatu kata dengan kata yang tidak biasa.
4. Disorientasi
waktu dan tempat.
Kita terkadang lupa kemana kita akan pergi atau hari
apa saat ini, tetapi penderita Alzheimer dapat tersesat pada tempat yang sudah
familiar untuknya, lupa di mana dia saat ini, tidak tahu bagaimana cara dia
sampai di tempat ini, termasuk juga apakah saat ini malam atau siang.
5. Penurunan
dalam memutuskan sesuatu atau fungsi eksekutif
Misalnya tidak dapat memutuskan menggunakan baju
hangat untuk cuaca dingin atau sebaliknya.
6. Salah
menempatkan barang.
Seseorang secara temporer dapat salah menempatkan
dompet atau kunci. Penderita Alzheimer dapat meletakkan sesuatu pada tempat
yang tidak biasa, misal jam tangan pada kotak gula.
7. Perubahan
tingkah laku.
Seseorang dapat menjadi sedih atau senang dari waktu
ke waktu. Penderita Alzheimer dapat berubah mood atau emosi secara tidak biasa
tanpa alasan yang dapat diterima.
8. Perubahan
perilaku
Penderita Alzheimer akan terlihat berbeda dari
biasanya, ia akan menjadi mudah curiga, mudah tersinggung, depresi, apatis atau
mudah mengamuk, terutama saat problem memori menyebabkan dia kesulitan
melakukan sesuatu.
9. Kehilangan
inisiatif
Duduk di depan TV berjam-jam, tidur lebih lama dari
biasanya atau tidak menunjukan minat pada hobi yang selama ini ditekuninya.(Yulfran,
2009)
5.
Pemeriksaan Diagnostik
Untuk kepastian diagnosisnya, maka diperlukan tes diagnostik sebagai
berikut:
a. Neuropatologi
Diagnosa
definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan :
atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal,
anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem
somatosensorik tetap utuh
berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
Kelainan-kelainan
neuropatologi pada penyakit alzheimer terdiri dari :
1)
Neurofibrillary tangles (NFT)
Merupakan
sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen abnormal yang berisi
protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. Densitas NFT berkolerasi dengan
beratnya demensia.
2)
Senile plaque (SP)
Merupakan
struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending yang berisi
filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit, mikroglia.
Amiloid prekusor protein yang terdapat pada SP sangat berhubungan dengan
kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks, amygdala,
hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks motorik
primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile plaque
ini juga terdapat pada jaringan perifer. densitas Senile plaque berhubungan
dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran histopatologi (NFT dan senile
plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk penderita penyakit alzheimer.
3)
Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan
mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada penyakit alzheimer sangat
selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama didapatkan pada neuron
piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan pada hipokampus,
amigdala, nukleus batang otak termasuk lokus serulues, raphe nukleus dan
substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada nukleus basalis
dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus serta sel
serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis. Telah
ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang berdegenerasi
pada lesi merupakan harapan dalam pengobatan penyakit alzheimer.
4)
Perubahan vakuoler
Merupakan
suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat menggeser nukleus.
Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan jumlah NFT dan SP ,
perubahan ini sering didapatkan pada korteks temporomedial, amygdala dan
insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks frontalis, parietal, oksipital,
hipokampus, serebelum dan batang otak
5)
Lewy body
Merupakan
bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada enterhinal, gyrus
cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada korteks frontalis,
temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama dengan
immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada gambaran
histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body merupakan
variant dari penyakit alzheimer.
b. Pemeriksaan Neuropsikologik
Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang
terjadi.
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh
beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan
ekspresi, kalkulasi, perhatian dan pengertian berbahasa
Evaluasi neuropsikologis yang sistematik mempunyai
fungsi diagnostik yang penting karena :
1)
Adanya defisit kognisi: berhubungan dgn demensia awal yang dapat diketahui bila
terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan yang normal.
2)
Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif : untuk membedakan kelainan
kognitif pada global demensia dengan deficit selektif yang diakibatkan oleh
disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri
3)
Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang diakibatkan oleh
demensia karena berbagai penyebab.
c. CT Scan dan MRI
Merupakan metode non invasif yang beresolusi
tinggi untuk melihat kwantifikasi perubahan volume jaringan otak pada penderita
Alzheimer antemortem.
CT Scan :
Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab
demensia lainnya selain alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri. Atropi
kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel keduanya merupakan gambaran marker
dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
Penipisan substansia alba serebri dan
pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya gejala klinik dan hasil
pemeriksaan status mini mental
MRI :
peningkatan intensitas pada daerah kortikal
dan periventrikuler (Capping anterior horn pada ventrikel lateral). Capping ini
merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain didapatkan kelainan di
kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal seperti adanya
atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura
sylvii.
MRI lebih sensitif untuk
membedakan demensia dari penyakit alzheimer dengan penyebab lain, dengan
memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
EEG
Berguna untuk
mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatka perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non
spesifik
PET (Positron
Emission Tomography)
Pada penderita
alzheimer, hasil PET ditemukan :
penurunan aliran darah
metabolisme O2
glukosa
didaerah serebral
SPECT (Single
Photon Emission Computed Tomography)
Kelainan ini berkolerasi
dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini
(SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
Laboratorium
darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita alzheimer.
Pemeriksaan laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia
lainnya seperti pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, fungsi renal dan
hepar, tiroid, asam folat, serologi sifilis, skrining antibody yang dilakukan
secara selektif. (Yulfran, 2009)
8. Tindakan Penanganan/Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas oleh karena penyebab
dan patofisiologis masih belum jelas. Pengobatan simptomatik dan suportif
seakan hanya memberikan rasa puas pada penderita dan keluarga.
Pengobatan
simptomatik:
1) Inhibitor
kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah
penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase yang bekerja
secara sentral
Contoh: fisostigmin, THA
(tetrahydroaminoacridine), donepezil (Aricept), galantamin (Razadyne), &
rivastigmin
Pemberian obat ini
dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama pemberian berlangsung
ESO: memperburuk
penampilan intelektual pada orang normal dan penderita Alzheimer, mual &
muntah, bradikardi, ↑ HCl, dan ↓ nafsu makan.
2) Thiamin
Pada penderita
alzheimer didapatkan penurunan thiamin pyrophosphatase dependent enzym yaitu 2
ketoglutarate (75%) dan transketolase (45%), hal ini disebabkan kerusakan
neuronal pada nukleus basalis.
Contoh: thiamin hydrochloride
Dosis 3 gr/hari selama 3 bulan peroral
Tujuan:
perbaikan bermakna terhadap fungsi kognisi dibandingkan placebo selama periode
yang sama.
3) Nootropik
Nootropik merupakan obat psikotropik.
Tujuan: memperbaiki
fungsi kognisi dan proses belajar. Tetapi pemberian 4000 mg pada penderita
alzheimer tidak menunjukkan perbaikan klinis yang bermakna.
4) Klonidin
Gangguan
fungsi intelektual pada penderita alzheimer dapat disebabkan kerusakan
noradrenergik kortikal.
Contoh: klonidin (catapres) yang merupakan noradrenergik alfa
2 reseptor agonis
Dosis : maksimal 1,2 mg peroral selama 4 minggu
Tujuan: kurang memuaskan untuk memperbaiki fungsi kognitif
5) Haloperiodol
Pada penderita
alzheimer, sering kali terjadi :
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku:
Pemberian oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan memperbaiki gejala
tersebut
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic
anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
6) Acetyl L-Carnitine
(ALC)
Merupakan
suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria dengan bantuan enzym
ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan fungsi kognitif
(Yulfran, 2009)
9. Pencegahan
Para ilmuwan berhasil mendeteksi beberapa faktor resiko penyebab Alzheimer,
yaitu : usia lebih dari 65 tahun, faktor keturunan, lingkungan yang
terkontaminasi dengan logam berat, rokok, pestisida, gelombang elektromagnetic,
riwayat trauma kepala yang berat dan penggunaan terapi sulih hormon pada
wanita. Dengan mengetahui faktor resiko di atas dan hasil
penelitian yang lain, dianjurkan beberapa cara untuk mencegah penyakit
Alzheimer, di antaranya yaitu :
Bergaya hidup sehat, misalnya dengan rutin berolahraga, tidak merokok
maupun mengkonsumsi alkohol.
Mengkonsumsi sayur dan buah segar. Hal ini penting karena sayur dan buah
segar mengandung antioksidan yang berfungsi untuk mengikat radikal bebas.
Radikal bebas ini yang merusak sel-sel tubuh.
Menjaga kebugaran mental (mental fitness). Istilah ini mungkin masih jarang
terdengar. Cara menjaga kebugaran mental adalah dengan tetap aktif membaca dan
memperkaya diri dengan berbagai pengetahuan.
11. Prognosis
Dari
pemeriksaan klinis 42 penderita Alzheimer menunjukkan bahwa nilai prognostik
tergantung pada 3 faktor yaitu :
Derajat beratnya penyakit
Variabilitas gambaran
klinis
Perbedaan individual
seperti usia, keluarga demensia dan jenis kelamin
Ketiga faktor
ini diuji secara statistik, ternyata faktor pertama yang paling mempengaruhi
prognostik penderita alzheimer.
Pasien dengan
penyakit Alzheimer :
Mempunyai angka harapan
hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah diagnosis
Biasanya meninggal dunia
akibat infeksi sekunder.
12. Komplikasi
Infeksi
Malnutrisi
Kematian
B. Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Adapun
pengkajian yang dilakukan pada penyakit Alzheimer
a. Aktifitas istirahat
Gejala: Merasa lelah
Tanda: Siang/malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur
Letargi:
penurunan minat atau perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan
untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/ mengikuti acara program televisi.
Gangguan
keterampilan motorik, ketidakmampuan untuk melakukan hal yang telah biasa yang
dilakukannya, gerakan yang sangat bermanfaat.
b. Sirkulasi
Gejala:
Riwayat penyakit vaskuler serebral/sistemik. hipertensi, episode emboli
(merupakan factor predisposisi).
c. Integritas ego
Gejala :
Curiga atau takut terhadap situasi/orang khayalan, kesalahan persepsi terhadap
lingkungan, kesalahan identifikasi terhadap objek dan orang, penimbunan objek :
meyakini bahwa objek yang salah penempatannya telah dicuri. kehilangan
multiple, perubahan citra tubuh dan harga diri yang dirasakan.
Tanda :
Menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan
kewajiban, mungkin juga tangan membuka buku namun tanpa membacanya) , duduk dan
menonton yang lain, aktivitas pertama mungkin menumpuk benda tidak bergerak dan
emosi stabil, gerakan berulang ( melipat membuka lipatan melipat kembali kain
), menyembunyikan barang, atau berjalan-jalan.
d. Eliminasi
Gejala: Dorongan berkemih
Tanda: Inkontinensia urine/feaces, cenderung konstipasi/ imfaksi dengan
diare.
e. Makanan/cairan
Gejala:
Riwayat episode hipoglikemia (merupakan factor predisposisi) perubahan
dalam pengecapan, nafsu makan, kehilangan berat badan, mengingkari terhadap
rasa lapar/ kebutuhan untuk makan.
Tanda: Kehilangan kemampuan untuk mengunyah,
menghindari/menolak makan (mungkin mencoba untuk menyembunyikan keterampilan).
dan tampak semakin kurus (tahap lanjut).
f. Hiygene
Gejala : Perlu
bantuan /tergantung orang lain
Tanda : tidak
mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan
pembersihan buruk, lupa untuk pergi kekamar mandi, lupa langkah-langkah untuk
buang air, tidak dapat menemukan kamar mandi dan kurang berminat pada atau lupa
pada waktu makan: tergantung pada orang lain untuk memasak makanan dan
menyiapkannya dimeja, makan, menggunakan alat makan.
g. Neurosensori
Gejala
: Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutama perubahan
kognitif,
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).
dan atau gambaran yang kabur, keluhan hipokondria tentang kelelahan, pusing atau kadang-kadang sakit kepala. adanya keluhan dalam kemampuan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang berlalu, penurunan tingkah laku ( diobservasi oleh orang terdekat). Kehilangan sensasi propriosepsi ( posisi tubuh atau bagian tubuh dalam ruang tertentu ). dan adanya riwayat penyakit serebral vaskuler/sistemik, emboli atau hipoksia yang berlangsung secara periodic ( sebagai factor predisposisi ) serta aktifitas kejang ( merupakan akibat sekunder pada kerusakan otak ).
Tanda :
Kerusakan komunikasi : afasia dan disfasia; kesulitan dalam menemukan kata-
kata yang benar ( terutama kata benda ); bertanya berulang-ulang atau
percakapan dengan substansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal,
atau bicaranya tidak terdengar. Kehilangan kemampuan untuk membaca dan menulis
bertahap ( kehilangan keterampilan motorik halus ).
h. Kenyamanan
Gejala :
Adanya riwayat trauma kepala yang serius ( mungkin menjadi factor predisposisi
atau factor akselerasinya), trauma kecelakaan ( jatuh, luka bakar dan
sebagainya).
Tanda :
Ekimosis, laserasi dan rasa bermusuhan/menyerang orang lain
i. Interaksi social
Gejala :
Merasa kehilangan kekuatan. factor psikososial sebelumnya; pengaruh personal
dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku yang muncul.
Tanda :
Kehilangan control social,perilaku tidak tepat.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
Klien dengan penyakit Alzheimer umumnya mengalami penurunan kesadaran
sesuai dengan degenerasi neuron kolinergik dan proses senilisme. Adanya
perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan penurunan
frekuensi pernafasan
B1 (Breathing)
Gangguan
fungsi pernafasan :
Berkaitan
dengan hipoventilasi inaktifitas, aspirasi makanan atau saliva dan berkurangnya
fungsi pembersihan saluran nafas.
Inspeksi: di dapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk
batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot
Bantu nafas.
Palpasi : Traktil premitus seimbang kanan
dan kiri
Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh
lapangan paru
Auskultasi : bunyi nafas tambahan seperti
nafas berbunyi, stridor, ronkhi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret
dan kemampuan batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan
inaktivitas.
B2 (Blood)
Hipotensi postural : berkaitan dengan efek samping
pemberian obat dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem
persarafan otonom.
B3 (Brain)
Pengkajian B3 merupakan pemeriksaan fokus dan lebih
lengkap dibandingkan dengan pengkajian pada sistem lainnya.
Inspeksi umum, didapatkan berbagai manifestasi akibat perubahan tingkah
laku.
Pengkajian Tingkat Kesadaran:
Tingkat kesadaran klien biasanya apatis dan juga bergantung pada perubahan
status kognitif klien.
Pengkajian fungsi serebral:
Status
mental : biasanya status mental klien mengalami perubahan yang berhubungan
dengan penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Pengkajian Saraf kranial. Pengkajian saraf ini meliputi pengkajian saraf
kranial I-XII :
Saraf I. Biasanya pada klien penyakit
alzherimer tidak ada kelaianan fungsi penciuman
Saraf II. Tes ketajaman penglihatan
mengalami perubahan, yaitu sesuai dengan keadaan usia lanjut biasanya klien
dengan alzheimer mengalami keturunan ketajaman penglihatan
Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak
ditemukan adanya kelainan pada saraf ini
Saraf V. Wajah simetris dan tidak ada
kelainan pada saraf ini.
Saraf VII. Persepsi
pengecapan dalam batas normal
Saraf VIII. Adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi berhubungan proses senilis serta penurunan aliran darah regional
Saraf IX dan X. Kesulitan dalam menelan
makanan yang berhubungan dengan perubahan status kognitif
Saraf XI. Tidak atrofi otot
strenokleidomastoideus dan trapezius.
Saraf XII. Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
vasikulasi dan indera pengecapan normal
Pengkajian sistem Motorik
Inspeksi umum pada tahap lanjut klien akan
mengalami perubahan dan penurunan pada fungsi motorik secara umum.
Tonus Otot. Didapatkan meningkat.
Keseimbangan dan Koordinasi. Didapatkan mengalami
gangguan karena adanya perubahan status kognitif dan ketidakkooperatifan klien dengan metode
pemeriksaan.
Pengkajian Refleks
Pada tahap lanjut penyakit alzheimer sering
mengalami kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri
dengan kepala cenderung ke depan dan berjalan dengan gaya berjalan seperti
didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah satunya ke
depan atau ke belakang) dapat menyebabkan klien sering jatuh.
Pengkajian Sistem sensorik
Sesuai barlanjutnya usia, klien dengan penyakit
alzheimer mengalami penurunan terhadap sensasi sensorik secara progresif.
Penurunan sensori yang ada merupakan hasil dari neuropati perifer yang
dihubungkan dengan disfungsi kognitif dan persepsi klien secara umum.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.
Perubahan pola eliminasi urine/alvi berhubungan dengan kehilangan fungsi
neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk menentukan letak kamar
mandi/mengenali kebutuhan
2.
Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori
3.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
tonus atau kekuatan otot.
4.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, keterbatasan
fisik.
5.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan resepsi, transmisi,
dan/atau integrasi.
6.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan degenerasi neuron irreversible
7.
Sindrom stress relokasi berhubungan dengan gangguan sensori, penurunan fungsi
fisik
8.
Koping individu tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan menyelesaikan
masalah, perubahan intelektual
9.
Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan intelektual (pikun,
disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi masalah)
10.
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan perubahan emosi (cepat marah,
mudah tersinggung, kurang percaya diri)
11.
Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perubahan sensori, mudah lupa
12.
Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan, ketidakmampuan untuk
mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
3.RENCANA KEPERAWATAN
4.EVALUASI
1. Perubahan pola eliminasi urine/alvi
berhubungan dengan kehilangan fungsi neurologi/tonus otot, ketidakmampuan untuk
menentukan letak kamar mandi/mengenali kebutuhan
- Klien menciptakan pola eliminasi yang
adekuat/sesuai
2. Perubahan pola tidur berhubungan dengan
perubahan pada sensori
- Tidak terjadi perubahan tingkah laku dan
penampilan (gelisah)
- Klien menciptakan pola tidur yang adekuat
dengan penurunan terhadap pikiran yang melayang-layang (melamun)
- Klien menentukan penyebab tidur inadekuat
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kerusakan neuromuskuler, penurunan tonus atau kekuatan otot.
- Klien mempertahankan posisi dengan tak ada
komplikasi (kontraktur,dekubitus)
- Klien mendemonstrasikan teknik/perilaku yang
memungkinkan melakukan kembali aktifitas yang diinginkan
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan
penurunan kognitif, keterbatasan fisik.
- Klien tampak bersih dan segar
- Klien tidak pucat
5. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
perubahan resepsi, transmisi, dan/atau integrasi.
- Klien Mengalami penurunan halusinasi.
- Klien Mengembangkan strategi psikososial untuk
mengurangi stress.
- Klien Mendemonstrasikan respons yang sesuai
stimulasi.
6. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
degenerasi neuron irreversible
- Klien menginterpretasikan stimulus sedikit demi
sedikit
- Klien mengakomodasikan sedikit demi sedikit
suatu ide/perintah
- Klien mengenali orang-orang terdekatnya,
seperti nama keluarganya.
- Klien mengenali tempat-tempat
disekitarnya, seperti alamat rumah.
- Klien mengenali waktu seperti pagi,
siang, dan malam.
7. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan
gangguan sensori, penurunan fungsi fisik
- Klien mengidentifikasi perubahan
- Klien beradaptasi pada perubahan lingkungan dan
aktivitas kehidupan sehari-hari
- cemas dan takut klien berkurang
- Klien membuat pernyataan yang psitif tentang
lingkungan yang baru.
8. Koping individu tidak efektif berhubungan
dengan ketidakmampuan menyelesaikan masalah, perubahan intelektual
- Klien menyatakan atau mengkomunikasikan dengan
orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang sedang terjadi
- Klien menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi
- Klien Mengakui dan menggabungkan perubahan ke
dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa haraga diri yang negative
9. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan
perubahan intelektual (pikun, disorientasi, penurunan kemampuan mengatasi
masalah)
- teknik/metode klien komunikasi yang dapat dimengerti sesuai kebutuhan dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
10. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan
perubahan emosi (cepat marah, mudah tersinggung, kurang percaya diri)
- Klien mampu berinteraksi dengan orang
disekitarnya dengan baik.
- Klien tidak memiliki rasa bermusuhan/menyerang
orang.
11. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan sensori, mudah lupa
- Klien mendapat diet nutrisi yang seimbang
- Mempertahankan/ mendapat kembali BB yang sesuai
- Klien dapat mengubah pola asupan yang benar
12. Risiko trauma berhubungan dengan kelamahan,
ketidakmampuan untuk mengenali/mengidentifikasi bahaya dalam lingkungan
- Keluarga mengenali resiko potensial di
lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan terjadi
terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun tapi tidak menutup
kemungkinan dapat juga menyerang anak-anak, bahkan bayi. Pasien dengan penyakit
Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks
tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat kekusutan neuro
fibrilar. Penyebap pasti penyakit ini belum diketahui, namun terdapat beberapa
faktor predisposisi seperti proses infeksi virus lambat, autoimun, genetik dan
trauma.
Asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit Alzheimer dilakukan dengan tujuan
membantu mengembalikan fungsi kognitif, motorik dan fungsi-fungsi bagian tubuh
lain yang mengalami gangguan akibat kelainan neurotransmiternya. Selain itu
perhatian terhadap kebutuhan nutrisi juga tetap dibutuhkan untuk mencegah
berkembangnya penyakit lain akibat intake nutrisi yang tidak adekuat.
B.
Saran
Bagi perawat dan
keluarga, diharapkan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada penderita
Alzheimer ini, karena setiap perubahan baik itu dari segi kognitif dan motorik
mempengaruhi aktivitas sehari-hari pasien. Karenanya dibutuhkan perhatian lebih
bagi penderita Alzheimer ini.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Engram,
Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 3.
Jakarta:EGC
Lumbantobing,
Prof.DR.dr.SM. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta :
FKUI
Muttaqin,
Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Salemba Medika: Jakarta
Stanley,
Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar