BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh manusia. Struktur tubuh
manusia sangat penting untuk diketahui karena hal ini akan berhubungan dengan sesuatu
yang terjadi pada tubuh.Gagal jantung (Heart Failure) umumnya didefinisikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memasok aliran darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ini memiliki berbagai kriteria diagnostik, dan istilah gagal jantung sering salah digunakan untuk menjelaskan penyakit jantung-terkait lainnya, seperti infark miokard (serangan jantung) atau serangan jantung.
Penyebab
gagal jantung (Heart Failure) termasuk infark miokard (serangan jantung) dan bentuk
lain dari penyakit jantung iskemik, hipertensi, penyakit jantung katup, dan
cardiomyopathy. Gagal jantung dapat menyebabkan sejumlah gejala termasuk sesak
nafas (biasanya lebih buruk ketika berbaring datar, yang disebut ortopnea),
batuk, kongesti vena kronis, pergelangan kaki bengkak, dan intoleransi latihan.
Gagal jantung sering tidak terdiagnosa karena kurangnya definisi universal yang
disepakati dan tantangan dalam diagnosis definitif. Pengobatan umumnya terdiri
dari langkah-langkah gaya hidup (seperti berhenti merokok, cahaya latihan
termasuk protokol pernapasan, penurunan asupan garam dan perubahan pola makan lainnya)
dan obat-obatan, dan kadang-kadang peralatan atau bahkan operasi.
Rumusan masalah
- Definisi Kegawatan Penyakit
Jantung Pada Lansia
- Etiologi
- Patofisiologi
- Pemeriksaan Penunjang
- Penatalaksaan medis
BAB II
PEMBAHASAN
Gagal
jantung adalah kondisi
umum, mahal, menonaktifkan, dan berpotensi mematikan. Di negara maju, sekitar
2% orang dewasa menderita gagal jantung, tetapi pada mereka yang berusia 65
tahun, ini meningkat sampai 6-10%. Sebagian besar karena biaya rumah sakit itu
dikaitkan dengan pengeluaran kesehatan tinggi, biaya yang telah diperkirakan
sebesar 2% dari total anggaran National Health Service di Inggris, dan lebih
dari $ 35 miliar di Amerika Serikat. Gagal jantung berhubungan dengan kesehatan
fisik dan mental secara signifikan berkurang, sehingga kualitas hidup menurun
tajam. Dengan pengecualian gagal jantung disebabkan oleh kondisi reversibel,
kondisi biasanya memburuk dengan waktu. Meskipun beberapa orang yang bertahan
hidup bertahun-tahun, penyakit progresif dikaitkan dengan tingkat kematian
secara keseluruhan tahunan sebesar 10%. Penyakit jantung pada lansia
mempunyai penyebab yang multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk
itu kita harus terlebih dahulu memahami mengenai konsep Faktor Resiko dan Penyakit
Degeneratif. Faktor resiko adalah suatu kebiasaan, kelainan dan faktor
lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan menyebabkan orang tersebut
secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit degeneratif tertentu.
Penyakit
degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab dan selalu
berhubungan dengan satu faktor resiko atau lebih, dimana faktor-faktor resiko
tersebut
bekerja sama
menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri
dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit
jantung dan hipertensi merupakan faktor resiko stroke.
Epidemiologi
Gagal
jantung adalah merupakan suatu sindrom,
bukan diagnosa penyakit. Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart
Failure/ CHF) juga mempunyai prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan
prognosis yang buruk. Prevalensi CHF adalah tergantung
umur/age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada usia di
bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun. Dengan semakin meningkatnya
angka harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat
juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai
hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin
membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan,
menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.
Etiologi dan
Patofisiologi
CHF terjadi
ketika jantung tidak lagi kuat untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan. Fungsi sitolik jantung ditentukan oleh empat determinan
utama, yaitu: kontraktilitas miokardium, preload ventrikel (volume akhir
diastolik dan resultan panjang serabut ventrikel sebelum berkontraksi),
afterload kearah ventrikel, dan frekuensi denyut jantung.
Terdapat 4
perubahan yang berpengaruh langsung pada kapasitas curah jantung dalam
menghadapi beban :
- Menurunnya respons terhadap stimulasi beta adrenergik akibat bertambahnya usia. Etiologi belum diketahui pasti. Akibatnya adalah denyut jantung menurun dan kontraktilitas terbatas saat menghadapi beban.
- Dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku pada usia lanjut karena bertambahnya jaringan ikat kolagen pada tunika media dan adventisia arteri sedang dan besar. Akibatnya tahanan pembuluh darah (impedance) meningkat, yaitu afterload meningkat karena itu sering terjadi hipertensi sistolik terisolasi.
- Selain itu terjadi kekakuan pada jantung sehingga compliance jantung berkurang. Beberapa faktor penyebabnya: jaringan ikat interstitial meningkat, hipertrofi miosit kompensatoris karena banyak sel yang apoptosis (mati) dan relaksasi miosit terlambat karena gangguan pembebasan ion non-kalsium.
- Metabolisme energi di mitokondria berubah pada usia lanjut.
Keempat
faktor ini pada usia lanjut akan mengubah struktur, fungsi, fisiologi
bersama-sama menurunkan cadangan kardiovaskular dan meningkatkan terjadinya
gagal jantung pada usia lanjut.
Penyebab
yang sering adalah menurunnya kontraktilitas miokard akibat Penyakit Jantung
Koroner, Kardiomiopati, beban kerja jantung yang meningkat seperti pada
penyakit stenosis aorta atau hipertensi, kelainan katup seperti regurfitasi
mitral.
Penyebab
Frekuensi
relatif
Kardiomiopati
dilated / tidak
diketahui
45%
Penyakit
Jantung
Iskemik
40%
Kelainan
katup
9%
Hipertensi
6%
Selain itu
ada pula faktor presipitasi lain yang dapat memicu terjadinya gagal jantung,
yaitu :
- Kelebihan Na dalam makanan
- Kelebihan intake cairan
- Tidak patuh minum obat
- Iatrogenic volume overload
- Aritmia : flutter, aritmia ventrikel
- Obat-obatan: alkohol, antagonis kalsium, beta bloker
- Sepsis, hiper/hipotiroid, anemia, gagal ginjal, defisiensi vitamin B, emboli paru.
Setiap
penyakit yang mempengaruhi jantung dan sirkulasi darah dapat menyebabkan gagal
jantung.
Beberapa
penyakit dapat mengenai otot jantung dan mempengaruhi kemampuannya untuk
berkontraksi dan memompa darah.
Penyebab
paling sering adalah penyakit arteri koroner, yang menyebabkan berkurangnya
aliran darah ke otot jantung dan bisa menyebabkan suatu serangan jantung.
Kerusakan
otot jantung bisa disebabkan oleh:
- Miokarditis (infeksi otot jantung karena bakteri, virus atau mikroorganisme lainnya)
- Diabetes
- Kelenjar tiroid yang terlalu aktif
- Kegemukan (obesitas).
Penyakit
katup jantung bisa menyumbat aliran darah diantara ruang-ruang jantung atau
diantara jantung dan arteri utama. Selain itu, kebocoran katup jantung bisa
menyebabkan darah mengalir balik ke tempat asalnya. Keadaan ini akan
meningkatkan beban kerja otot jantung, yang pada akhirnya bisa melemahkan
kekuatan kontraksi jantung. Penyakit lainnya secara primer menyerang sistem
konduksi listrik jantung dan menyebabkan denyut jantung yang lambat, cepat atau
tidak teratur, sehingga tidak mampu memompa darah secara efektif.
Jika jantung
harus bekerja ekstra keras untuk jangka waktu yang lama, maka otot-ototnya akan
membesar; sama halnya dengan yang terjadi pada otot lengan setelah beberapa bulan
melakukan latihan beban. Pada awalnya, pembesaran ini memungkinkan jantung
untuk berkontraksi lebih kuat; tetapi akhirnya jantung yang membesar bisa
menyebabkan berkurangnya kemampuan memompa jantung dan terjadilah gagal
jantung.
Gejala
Penderita
gagal jantung yang tidak terkompensasi akan merasakan lelah dan lemah jika
melakukan aktivitas fisik karena otot-ototnya tidak mendapatkan jumlah darah
yang cukup.
Pembengkakan
juga menyebabkan berbagai gejala. Selain dipengaruhi oleh gaya gravitasi,
lokasi dan efek pembengkakan juga dipengaruhi oleh sisi jantung yang mengalami
gangguan.
Gagal
jantung kanan cenderung mengakibatkan pengumpulan darah yang mengalir ke bagian
kanan jantung. Hal ini menyebabkan pembengkakan di kaki, pergelangan kaki,
tungkai, hati dan perut.
Gagal
jantung kiri menyebabkan pengumpulan cairan di dalam paru-paru (edema
pulmoner), yang menyebabkan sesak nafas yang hebat. Pada awalnya sesak nafas
hanya terjadi pada saat melakukan aktivitas; tetapi sejalan dengan memburuknya
penyakit, sesak nafas juga akan timbul pada saat penderita tidak melakukan
aktivitas.
Kadang sesak
nafas terjadi pada malam hari ketika penderita sedang berbaring, karena cairan
bergerak ke dalam paru-paru. Penderita sering terbangun dan bangkit untuk
menarik nafas atau mengeluarkan bunyi mengi. Duduk menyebabkan cairan mengalir
dari paru-paru sehingga penderita lebih mudah bernafas.
Untuk
menghindari hal tersebut, sebaiknya penderita gagal jantung tidur dengan posisi
setengah duduk.
Pengumpulan
cairan dalam paru-paru yang berat (edema pulmoner akut) merupakan suatu keadaan
darurat yang memerlukan pertolongan segera dan bisa berakibat fatal.
Diagnosa
Untuk
menentukan diagnosa dari CHF pada lansia cukup sulit. Gejala yang ada
tidaklah khas. Gejala-gejala seperti sesak nafas saat beraktivitas atau
cepat lelah seringkali dianggap sebagai salah satu akibat proses menua atau
dianggap sebagai akibat dari penyakit penyerta lainnya seperti penyakit paru,
kelainan fungsi tiroid, anemia, depresi, dll.
Pada usia
lanjut, seringkali disfungsi diastolik diperberat oleh PJK. Iskemia
miokard dapat menyebabkan kenaikan tekanan pengisian ke dalam ventrikel kiri
dan juga tekanan vena pulmonalis yang meningkat, sehingga mudah terjadi udem
paru dan keluhan sesak nafas.
Gejala yang
sering ditemukan adalah sesak nafas, orthopnea, paroksismal nokturnal dispnea,
edema perifer, fatique, penurunan kemampuan beraktivitas serta batuk dengan
sputum jernih. Sering juga didapatkan kelemahan fisik, anorexia, jatuh
dan konfusi.
Pada
pemeriksaan fisik didapatkan nilai JVP (Jugularis Venous Pressure)
meninggi. Sering juga terdapat bunyi jantung III, pitting udem,
fibrilasi atrial, bising sistolik akibat regurgitasi mitral serta ronkhi paru.
CHF menurut
New York Heart Assosiation dibagi menjadi :
- Grade 1 : Penurunan fungsi ventrikel kiri tanpa gejala.
- Grade 2 : Sesak nafas saat aktivitas berat
- Grade 3 : Sesak nafas saat aktivitas sehari-hari.
- Grade 4 : Sesak nafas saat sedang istirahat.
Pemeriksaan Penunjang
:
Pemeriksaan
Rontgen thorax
Nilai besar
jantung, ada/tidaknya edema paru dan efusi pleura. Tapi banyak juga
pasien CHF tanpa disertai kardiomegali.
Pemeriksaan
EKG
Nilai
ritmenya, apakah ada tanda dari strain ventrikel kiri, bekas infark miokard dan
bundle branch block
Echocardiography
Mungkin
menunjukkan adanya penurunan fraksi ejeksi ventrikel kiri, pembesaran ventrikel
dan abnormalitas katup mitral.
Untuk
memperkuat diagnosis dilakukan pemeriksaan fisik, yang biasanya menunjukkan:
- denyut nadi yang lemah dan cepat
- tekanan darah menurun
- bunyi jantung abnormal
- pembesaran jantung
- pembengkakan vena leher
- cairan di dalam paru-paru
- pembesaran hati
- penambahan berat badan yang cepat
- pembengkakan perut atau tungkai.
Penatalaksanaan
Medis :
Gagal
jantung dengan disfungsi sistolik
Pada umumnya
obat-obatan yang efektif mengatasi gagal jantung menunjukkan manfaat untuk
mengatasi disfungsi sistolik. Gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri
hampir selalu disertai adanya aktivitas sistem neuro-endokrin, karena itu salah
satu obat pilihan utama adalah ACE Inhibitor.
ACE
Inhibitor, disamping dapat mengatasi gangguan neurohumoral pada gagal jantung,
dapat juga memperbaiki toleransi kerja fisik yang tampak jelas sesudah 3-6
bulan pengobatan. Dari golongan ACE-I, Kaptopril merupakan obat pilihan
karena tidak menyebabkan hipotensi berkepanjangan dan tidak terlalu banyak
mengganggu faal ginjal pada kasus gagal jantung. Kontraindikasinya adalah
disfungsi ginjal berat dan bila ada stenosis bilateral arteri renalis.
Diuretika,
bertujuan mengatasi retensi cairan sehingga mengurangi beban volume sirkulasi
yang menghambat kerja jantung. Yang paling banyak dipakai untuk terapi
gagal jantung kongestif dari golongan ini adalah Furosemid. Pada usia
lanjut seringkali sudah ada penurunan faal ginjal dimana furosemid kurang
efektif dan pada keadaan ini dapat ditambahkan metolazone. Pada pemberian
diuretika harus diawasi kadar kalium darah karena diuresis akibat furosemid
selalu disertai keluarnya kalium. Pada keadaan hipokalsemia mudah terjadi
gangguan irama jantung.
Obat-obatan
inotropik, seperti digoksin diberikan pada kasus gagal jantung untuk
memperbaiki kontraksi ventrikel. Dosis digoksin juga harus disesuaikan
dengn besarnya clearance kreatinin pasien. Obat-obat inotropik positif
lainnya adalah dopamine (5-10 Ugr/kg/min) yang dipakai bila tekanan darah
kurang dari 90 mmHg. Bila tekanan darah sudah diatas 90 mmHg dapat
ditambahkan dobutamin (5-20 Ugr/kg/min). Bila tekanan darah sudah diatas
110 mmHg, dosis dopamin dan dobutamin diturunkan bertahap sampai dihentikan.
Spironolakton,
dipakai sebagai terapi gagal jantung kongestif dengan fraksi ejeksi yang
rendah, bila walau sudah diterapi dengan diuretik, ACE-I dan digoksin tidak
menunjukkan perbaikan. Dosis 25 mg/hari dan ini terbukti menurunkan angka
mortalitas gagal jantung sebanyak 25%.
Gagal
jantung dengan disfungsi diastolik
Pada usia
lanjut lebih sering terdapat gagal jantung dengan disfungsi diastolik.
Untuk mengatasi gagal jantung diastolik dapat dengan cara:
Memperbaiki
sirkulasi koroner dalam mengatasi iskemia miokard (pada kasus PJK)
Pengendalian
tekanan darah pada hipertensi untuk mencegah hipertrofi miokard ventrikel kiri
dalam jangka panjang.
Pengobatan
agresif terhadap penyakit komorbid terutama yang memperberat beban sirkulasi
darah, seperti anemia, gangguan faal ginjal dan beberapa penyakit metabolik
seperti Diabetes Mellitus.
Upaya
memperbaiki gangguan irama jantung agar terpelihara fungsi sistolik atrium
dalam rangka pengisian diastolik ventrikel.
Obat-obat
yang digunakan antara lain:
- Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan menimbulkan vasodilatasi koroner.
- Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian ventrikel.
- Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat disfungsi diastolik. Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian diuretika harus hati-hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana pengisian ventrikel berkurang sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun.
Pemberian
antagonis kalsium dan beta bloker harus diperhatikan karena keduanya dapat
menurunkan kontraktilitas miokard sehingga memperberat kegagalan jantung.
Cardiac
Resynchronisation Therapy
Untuk CHF
dengan kelainan konduksi (Left bundle branch block) dapat dilakukan operasi
implantasi alat biventricular-pacing untuk mengatasi dissinkronisasi
ventrikelnya. Tapi hal ini juga malah dapat menyebabkan arrhytmia-induced
sudden death. Oleh karena itu dipakai kombinasi dari alat
biventricular-pacing dan cardioverter defibrillation.
Transplantasi
jantung
Transplantasi
jantung dilakukan pada pasien CHF yang bila tanpa operasi akan meninggal dalam
waktu beberapa minggu. Umumnya dilakukan pada pasien lansia yang kurang
dari 65 tahun, yang tidak memiliki masalah kesehatan yang serius lainnya.
Lebih dari 75% pasien transplantasi jantung hidup lebih lama dari 2 tahun
sesudah operasinya. Sebagian bahkan dapat hidup sampai lebih dari 12
tahun.
Walaupun
begitu, operasi transplantasi jantung merupakan suatu operasi besar yang sangat
sulit dan banyak persyaratannya, mengingat :
- Perlunya organ donor yang sesuai.
- Prosedur operasinya sendiri yang sangat rumit dan traumatik.
- Perlu adanya pusat spesialis.
- Perlunya obat-obatan imunosupressan setelah operasi untuk mengurangi risiko penolakan organ oleh tubuh.
- Beberapa kasus timbul antibodi yang menyerang bagian dalam dari arteri koronaria dalam waktu kira-kira setahun setelah operasi. Masalah ini tidak ada pengobatannya dan dapat berakhir dengan serangan jantung yang fatal.
Menghilangkan
Faktor Yang Memperburuk Gagal Jantung
Merokok,
garam, kelebihan berat badan dan alkohol akan memperburuk gagal jantung.
Dianjurkan
untuk berhenti merokok, melakukan perubahan pola makan, berhenti minum alkohol
atau melakukan olah raga secara teratur untuk memperbaiki kondisi tubuh secara
keseluruhan.
Untuk penderita
gagal jantung yang berat, tirah baring selama beberapa hari merupakan bagian
penting dari pengobatan.
Penggunaan
garam yang berlebihan dalam makanan sehari-hari bisa menyebabkan penimbunan
cairan yang akan menghalangi pengobatan medis. Jumlah natrium dalam tubuh bisa
dikurangi dengan membatasi pemakaian garam dapur, garam dalam masakan dan
makanan yang asin. Penderita gagal jantung yang berat biasanya akan mendapatkan
keterangan terperinci mengenai jumlah asupan garam yang masih diperbolehkan.
Cara yang
sederhana dan dapat dipercaya untuk mengetahui adanya penimbunan cairan dalam
tubuh adalah dengan menimbang berat badan setiap hari. Kenaikan lebih dari 1
kg/hari hampir dapat dipastikan disebabkan oleh penimbunan cairan. Penambahan
berat badan yang cepat dan terus menerus merupakan petunjuk dari memburuknya
gagal jantung.
Karena itu
penderita gagal jantung diharuskan menimbang berat badannya setepat mungkin
setiap hari, terutama pada pagi hari , setelah berkemih dan sebelum sarapan.
Timbangan yang digunakan harus sama, jumlah pakaian yang digunakan relatif sama
dan dibuat catatan tertulis.
Mengobati
Gagal Jantung
Pengobatan
terbaik untuk gagal jantung adalah pencegahan atau pengobatan dini terhadap
penyebabnya.
Gagal
Jantung Kronis.
Jika
pembatasan asupan garam saja tidak dapat mengurangi penimbunan cairan, bisa
diberikan obat diuretik untuk menambah pembentukan air kemih dan membuang
natrium dan air dari tubuh melalui ginjal.
Mengurangi
cairan akan menurunkan jumlah darah yang masuk ke jantung sehingga mengurangi
beban kerja jantung. Untuk pemakaian jangka panjang, diuretik diberikan dalam
bentuk sediaan per-oral (ditelan); sedangkan dalam keadaan darurat akan sangat
efektif jika diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah). Pemberian
diuretik sering disertai dengan pemberian tambahan kalium, karena diuretik
tertentu menyebabkan hilangnya kalium dari tubuh; atau bisa digunakan diuretik
hemat kalium.
Digoksin
meningkatkan kekuatan setiap denyut jantung dan memperlambat denyut jantung
yang terlalu cepat. Ketidakteraturan irama jantung (aritmia, dimana denyut
jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur), bisa diatasi dengan
obat atau dengan alat pacu jantung buatan.
Sering
digunakan obat yang melebarkan pembuluh darah (vasodilator), yang bisa
melebarkan arteri, vena atau keduanya. Pelebar arteri akan melebarkan arteri
dan menurunkan tekanan darah, yang selanjutnya akan mengurangi beban kerja
jantung.
Pelebar vena
akan melebarkan vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang telah
terkumpul dan tidak mampu memasuki bagian kanan jantung.
Hal ini akan
mengurangi penyumbatan dan mengurangi beban jantung.
Vasodilator
yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor (angiotensin converting
enzyme inhibitor).
Obat ini
tidak hanya meringankan gejala tetapi juga memperpanjang harapan hidup
penderita.
ACE-inhibitor
melebarkan arteri dan vena; sedangkan obat terdahulu hanya melebarkan vena saja
atau arteri saja (misalnya nitrogliserin hanya melebarkan vena, hydralazine
hanya melebarkan arteri).
Ruang
jantung yang melebar dan kontraksinya jelek memungkinkan terbentuknya bekuan
darah di dalamnya. Bekuan ini bisa pecah dan masuk ke dalam sirkulasi kemudian
menyebabkan kerusakan di organ vital lainnya, misalnya otak dan menyebabkan
stroke. Oleh karena itu diberikan obat antikoagulan untuk membantu mencegah
pembentukan bekuan dalam ruang-ruang jantung.
Milrinone
dan amrinone menyebabkan pelebaran arteri dan vena, dan juga meningkatkan
kekuatan jantung. Obat baru ini hanya digunakan dalam jangka pendek pada
penderita yang dipantau secara ketat di rumah sakit, karena bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang berbahaya.
Pencangkokan
jantung dianjurkan pada penderita yang tidak memberikan respon terhadap
pemberian obat.
Kardiomioplasti
merupakan pembedahan dimana sejumlah besar otot diambil dari punggung penderita
dan dibungkuskan di sekeliling jantung, kemudian dirangsang dengan alat pacu
jantung buatan supaya berkontraksi secara teratur.
Gagal
Jantung Akut.
Bila terjadi
penimbunan cairan tiba-tiba dalam paru-paru (edema pulmoner akut), penderita
gagal jantung akan mengalami sesak nafas hebat sehingga memerlukan sungkup muka
oksigen dengan konsentrasi tinggi. Diberikan diuretik dan obat-obatan (misalnya
digoksin) secara intravena supaya terjadi perbaikan segera.
Nitrogliserin
intravena atau sublingual (dibawah lidah) akan menyebabkan pelebaran vena,
sehingga mengurangi jumlah darah yang melalui paru-paru.
Jika
pengobatan di atas gagal, pernafasan penderita dibantu dengan mesin ventilator.
Kadang
dipasang torniket pada 3 dari keempat anggota gerak penderita untuk menahan
darah sementara waktu, sehingga mengurangi volume darah yang kembali ke
jantung.
Torniket ini
dipasang secara bergantian pada setiap anggota gerak setiap 10-20 menit untuk menghindari
cedera.
Pemberian
morfin dimaksudkan untuk:
- mengurangi kecemasan yang biasanya menyertai edema pulmoner akut
- mengurangi laju pernafasan
- memperlambat denyut jantung
- mengurangi beban kerja jantung
Upaya
Menangani Penyakit Gagal Jantung
Biasanya,
diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang dikeluhkan ataupun yang
terlihat langsung saat dilakukan pemeriksaan. Untuk memperkuat diagnosa, dokter
akan melakukan berbagai pemeriksaan, misalnya ;
Pemeriksaan
fisik, adanya denyut nadi yang lemah dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi
jantung abnormal, pembesaran jantung, pembengkakan vena leher, cairan di dalam
paru-paru, pembesaran hati, penambahan berat badan yang cepat, pembengkakan
perut atau tungkai.
- Pemeriksaan Rontgen atau X-ray (ronsen), pada bagian dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru.
- Pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung).
Pencegahan
Penyakit Gagal Jantung
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah oleh penderita:
Sedapat mungkin mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit arteri koroner, terutama yang dapat dirubah oleh penderita:
·
Berhenti
merokok
·
Menurunkan
berat badan
·
Mengendalikan
tekanan darah
·
Menurunkan
kadar kolesterol darah dengan diet atau dengan obat
·
Melakukan
olah raga secara teratur.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Krisis hipertensi adalah keadaan
darurat yang mengancam jiwa penderita yang memerlukan penanganan intensif di
Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat.
2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.
3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.
2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.
3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.
SARAN
System – system dalam tubuh manusia sangatlah penting,
khususnya jantung. Maka dari itu jagalah dan lindungi sebaik mungkin organ –
organ yang ada dalam tubuh kita sendiri, agar kita tetap sehat dan tidak rentan
terhadap penyakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Cardiology
and Respiratory Medicine 2001
http://bernardosimatupang.wordpress.com/2011/10/12/kegawatan-pada-sistem-kardiovaskular/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar