BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Psikologi
humanistik atau disebut juga dengan nama lain psikologi kemanusiaan adalah
suatu pendekatan yang multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia
yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi
sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan
tradisional behaviorisme dan psikoanalisis (Masiak dan Sexton, 2005).
Psikologi
humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu :
1. psikologi
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami
sifat dan keadaan manusia.
2. psikologi
humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam
bidang tingkah laku manusia.
3. psikologi
humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih
efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.
Tujuan :
Diharapkan
dari diskusi ini umumnya bagi para orangtua serta konselor agar dapat
mengarahkan dan memperhatikan kondisi serta kehidupan anaknya ke arah yang
lebih baik untuk menyelesaikan masalahnya. Dan khususnya bagi mahasiswa agar
dapat lebih memahami dirinya sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOLOGI HUMANISTIK
Abraham
Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik.
Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi
behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya
adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Gerakan ini kemudian dikenal
dengan psikologi humanistik (Misiak dan Sexton, 1988).
Ia
tertarik pada apa yang dikemukakan oleh Adler, dan ia sendiri dijadikan contoh
teori Adler tentang rasa inferior dan kompensasi (Schultz dan Schultz, 1992).
Namun kompensasinya semula tidak dapat dicapainya dan ia pindah menekuni buku,
dan dalam hal ini ia berhasil.
Gerakan
psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus
berkembang. Para tokohnya berpendapat bahwa psikologi terutama psikologi
behavioristik mendehumanisasi manusia. Sekalipun psikologi behavioristik
menunjukkan keberhasilannya yang cukup spektakuler dalam bidang-bidang
tertentu, namun sebenarnya gagal untuk memberikan sumbangan dalam pemahaman
manusia dan kondisi ekstensinya.
Dalam
suasana ketidakpuasan terhadap psikologi behavioristik, muncul berbagai macam
buku ataupun artikel yang berkisar pada penekanan soal person. Misalnya Maslow
dengan bukunya yang berjudul “Motivation and Personality) (1954) ; bukunya
Allport yang berjudul “Becoming” (1955), yang menekankan pada sifat-sifat yang
ada pada manusia. Karena itu para ahli psikologi humanistik mengarahkan
perhatiannya pada “humanisasi” psikologi, yang menekankan pada keunikan
manusia.
Manusia
adalah manusia yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran -- psikoanalisis --, melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya
sendiri. Pada tahun 1958 Maslow menanamkan psikologi humanistik sebagai “kekuatan yang ketiga”, di samping psikologi
behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan kedua.
Maslow
menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dalam bukunya
“Motivation dan Personality”. Ia mengajukan teori tentang hierarchy of needs.
Kebutuhan-kebutuhan atau needs ini adalah innate, yaitu :
a. Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis (the physiological needs);
b. Kebutuhan
akan rasa aman (the safety needs);
c. Kebutuhan
akan rasa cinta dan memiliki (the belongingness and love needs);
d. Kebutuhan
aktualisasi diri (the needs for self-actualization) (Maslow, 1970). Apabila
kebutuhan yang satu telah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang lebih tinggi
menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
merupakan kebutuhan yang paling tinggi.
Menurut
Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya
pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat
manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang
tidak tampak, mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran.
Introspeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan, harus
dikembalikan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psikologi harus
mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang dietentukan oleh
kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif,
menentukan geraknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan
perilakunya.
Ada
empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu :
1. Memusatkan
perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman
sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2. Menekankan
pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi
diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan
reduksionistis.
3. Menyandarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4. Memberikan
perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu
(Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi
humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered
therapy.
Dalam
mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat
memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya
secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk
mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab
personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dalam
hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari
psikologi humanistik, yaitu:
1) keberadaan
manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
2) manusia memiliki keunikan tersendiri dalam
berhubungan dengan manusia lainnya;
3) manusia
memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain;
4) manusia
memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya;
5) manusia
memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.
Terdapat
beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap
perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs
(1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya
bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang dipersepsinya.
Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat dari kejadian itu
sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari
pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis
tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah
membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang
merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini
bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian
mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia
dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan
dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik.
Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat
diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang
menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya
proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang
kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada
hubungan emosional antara guru dengan siswa.
Berkenaan
dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan
pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup
manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000).
Kalangan
humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia
secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah.
Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang
mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari
tentang psikologi.
Sebaliknya,
psikologi
humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya tidak
mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sehingga
dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).
Hasil
pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers
dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk
dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan
pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu
individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien
sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor
hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Selain
memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik
juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan
sebutan pendidikan humanistik
(humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu
secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional,
sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model
pendidikan humanistik ini.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Psikologi
humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami
sifat dan keadaan manusia.
Dapat
disimpulkan bahwa pengaplikasian teori ini kita dapat mengetahui teknik yang
dapat mengembangkan jiwa anak dalam proses perkembangannya.
Saran :
Kita sebagai
manusia harus bisa memahami diri sendiri, dapat memahami sifat, dapat memahami
watak dan bisa mengenal siapa diri kita sendiri.
Dalam hal
ini peran orangtua pada anak harus lebih peka agar tidak merugikan anak itu
sendiri dalam proses perkembangan tingkah lakunya, serta mengajarkan pada anak
dalam hal etika dan sopan santun.
DAFTAR PUSTAKA
Abin
Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education
en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology
rumahbelajarpsikologi.com
Walgito,
Bimo,. 2004. Pengantar Psikologi Umum.
Andi: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar