♥ welcome to my blog ♥

Jumat, 23 Mei 2014

SIROSIS HEPATIS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan egara, pengaturan egaraic kolesterol, dan peneralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. Sehingga dapat kita bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
            Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan egaraic hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.Peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel menyebabkan banyaknya terbentuk jaringan ikat dan regenerasi noduler dengan berbagai ukuran yang di bentuk oleh sel paremkim hati yang masih sehat.akibatnya bentuk hati yang normal akan berubahdisertai terjadinya penekanan pada pembuluh darah dan terganggunya aliran darah vena pota yang akhirnya menyebakan hipertensi portal.
Penyebab sirosis hati beragam. Selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, ega juga di akibatkan oleh konsumsi egara yang berlebihan, bergai macam penyakit egaraic, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya.Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusia 45 – 46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker ). Di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian, 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat .
            Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit sirosis hepatis untuk memudahkan kita sebagai calon perawat dalam merawat pasien dengan penyakit sirosis hepatis .

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
            Untuk mendapatkan gambaran secara nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien sirosis hepatis.  
2.      Tujuan khusus
        Untuk memperoleh gambaran nyata mengenai:
a.         Mengetahui Pengertian sirosis hepatis
b.         Mengetahui Etiologi sirosis hepatis
c.         Mengetahui Patofisiologi sirosis hepatis
d.         Mengetahui Klasifikasi sirosis hepatis
e.         Mengetahui Manifestasi Klinis sirosis hepatis
f.          Mengetahui komplikasi sirosis hepatis
g.         Mengetahui pemeriksaan penunjang sirosis hepatis
h.         Mengetahui pengobatan sirosis hepatis          
i.          Mengetahui asuhan keperawatan pada sirosis hepatis



BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Definisi
a.       Siarosis  hepatis adalah penyakit kronis hati akibat tersumbat saluran empedu serta pus sehingga timbul ajaringan baru yabg berlebihan yang tidak berhubungan  yang di kelilingi oleh jaringan perut (bruner and sudarth).
b.      Siarosis hepatis adalah penyakit yang difus  di tandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul .(marillyn E. Doengoes 1996)
c.       Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peradangan difus dan membran pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regresi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati (Mansjoer, 2001).
Kesimpulan:
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa siarosis hepatis adalah penyakit menahun di tandi dengan adanya gangguan struktur hatiyaitu timbulnya jaringan baru yang berlebihan dan tidak saling berhubunganang di kelilingi oleh jaringan perut serta gangguan aliran darah ke hati.


B.      Etiologi
Beberapa hal yang menjadi penyebab sirosis hepatis adalah (FKUI, 1996):
1.      Hepatitis virus tipe B dan C
2.      Alkohol
3.      Metabolik : DM
4.      Kolestatis kronik
5.      Toksik dari obat : INH
6.      Malnutrisi

C.     Patofisiologi
Infeksi hepatitis virus tipe B/C atau efek toksik alkohol menimbulkan perubahan hebat pada struktur dan fungsi sel-sel hepar. Perubahan ini ditandai dengan inflamasi dan nekrosis sel hepar setempat atau meluas (hepato seluler) terjadi kolaps lobulus hati  dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus dan nodul sel hati. Walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi Sirosis Hepatis sama atau hampir sama. Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran dan ini menyebabkan  distorsi percabangan pembuluh darah hepatik dan gangguan aliran darah portal. Tahap berikutnya terjadi peradangan dan nekrosis pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis dan septa aktif. Jaringan kolagen berubah dan reversibel bila telah berbentuk septa permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini bergantung pada etiologi Sirosis. Pada Sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi mengakibatkan fibrosis pada daerah periportial, pada Sirosis alkoholik timbulfibrosis daerah sentral. Sel limfosit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan pada nekrosis aktif


PATHWAY

    Hepatitis virus                                                                                                         Alkohol


                                                            Nekrosis parenkim hati



                                                        Pembentukan jaringan ikat
 

   Kegagalan parenkim             hipertensi portal                     asites                           ensefalopati
            Hati                                        
                                                                                   
                                                Varises esophagus                   penekanan                   kesadaran
   mual-mual                                                                            diafragma
   nafsu makan                         tekanan meningkat
   kelemahan otot                                                                ruang paru menyempit
    cepat lelah                           pembuluh darah pecah
 

                                                hemufemesis/melena               sesak nafas
    perubahan nutrisi kurang                            
   dari kebutuhan tubuh             gangguan keseimbangan           gangguan pola
   intoleransi aktivitas                 cairan elektrolit                         nafas


D.     Klasifikasi:
Secara makroskopik, sirosis dibagi atas :
a.              Sirosis mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
b.      Sirosis makronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3 mm.
c.       Sirosis campuran
Umumnya sirosis hepatis adalah jenis campuran ini.
Selain klasifikasi diatas, sirosis hepatis terbagi dalam 3 pola yaitu :
a.       Sirosis laennec/sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi
Sirosis ini berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronik. Sirosis jenis ini merupakan 50% atau lebih dari seluruh kasus sirosis. Perubahan pertama pada hati yang ditimbulkan alkohol adalah akumulasi lemak secara gradual didalam sel-sel hati (infiltrasi lemak).Akumulasi lemak mencerminkan adanya sejumlah gangguan metabolik. Pada kasus sirosis laennec yang sangat lanjut, membagi parenkim menjadi nodula-nodula halus. Nodula-nodula ini dapat membesar akibat aktifitas regenerasi sebagai usaha hati untuk mengganti sel-sel yang rusak. Hati tampak terdiri dari sarang-sarang sel-sel degenerasi + regenerasi yang dikemas padat dalam kapsula fibrosa yang tebal. Pada keadaan ini sirosis sering disebut sebagai sirosis nodular halus.Hati akan menciut, keras dan hampir tidak memiliki parenkim normal pada stadium akhir sirosis, dengan akibat hipertensi portal dan gagal hati.


b.      Sirosis post nekrotik
Terjadi menyusul nekrosis berbercak pada jaringan hati, menimbulkan nodula-nodula     degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisah-pisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan parenkim hati normal. Sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepantis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan hasil tes HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar peranannya.Beberapa kasus berhubungan dengan intoksikasi bahan kimia industri, dan ataupun obat-obatan seperti fosfat, kloroform dan karbon tetraklorida/jamur beracun. Sirosis jenis ini merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer.
c.       Sirosis Billaris
Kerusakan sel hati dimulai disekitar duktus billaris, penyebabnya obstruksi billaris post hepatik. Sifat empedu menyebabkan penumpukan empedu didalam masa hati dengan akibat kerusakan sel-sel hati, terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus.Sumber empedu sering ditemukan dalam kapiler-kapiler,duktulus empedu dan sel-sel hati seringkali mengandung pigmen hijau.
E.       Manifestasi klinik
1)      Mual-mual, nafsu makan menurun
2)      Cepat lelah
3)      Kelemahan otot
4)      Penurunan berat badan
5)      Air kencing berwarna gelap
6)      Kadang-kadang hati teraba keras
7)      Ikterus, spider naevi, erytema palmaris
8)      Asites
9)      Hematemesis melena
10)    Ensefalopati
F.       Komplikasi
1.      Komplikasi menurut Brunner (2000) ada dua yaitu:
a.       Perdarahan dan hemorargia
b.      Ensefalopati hepatic
2.      Komplikasi menurut Mansjoer (2001) ada dua yaitu:
a.       Hematemisis melena
b.      Koma hepatikum
3.      Komplikasi menurut Engram (2000) ada empat yaitu:
a.       Encefalo hepatik yang disebabkan oleh peningkatan kadar amonia darah.
b.      Asites ruang disebabkan oleh ekstravasase cairan serosa ke dalam rongga   peritoneal yang disebabkan oleh peningkatan hipertensi portal, peningkatan reabsorpsi ginjal terhadap natrium dan penurunan albumin serum.
c.       Sindrom hepatorenal yang disebabkan oleh dehidrasi atau infeksi.
d.      Gangguan endokrin yang disebabkan oleh depresi sekresi gonadotropi

G.     Pemeriksaan  Diagnostik
Pemeriksaan Laboratorium
1) Urine     : bila ada ikterus, urobilin dan bilirubin menjadi positif.
2) Feses     : ada perdarahan maka test benzidin positif.
3) Darah    : dapat timbul anemia, hipoalbumin, hiponatrium.
4) Test faal hati.
1.      Radiologi : dengan barium swallow dapat dilihat adanya varises esophagus untuk konfirmasi hipertensi portal.
2.      Esofagoskopi : dapat dilihat varises esophagus sebagai komplikasi sirosis hati/hipertensi portal.
3.      Ultrasonografi : pada saat pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat pemeriksaan rutin pada penyakit hati.

H.    Pengobatan
1)      Istirahat yang cukup.
2)      Makanan tinggi kalori dan protein.
3)      Vitamin yang cukup.
4)      Pengobatan terhadap penyulit.



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a.       Aktivitas atau istirahat, adanya kelemahan, kelelahan, letargi, penurunan masa otot atau tonus.
b.      Sirkulasi
Riwayat perikarditis, penyakit jantung rematik, kanker (tidak berfungsinya hati menyebebkan gagal hati), disritmia, distensi pembuluh darah perut
c.       Eliminasi
Flatus, distensi abdomen, hepatomegali, splenomegali, asites, penurunan atau tidak adanya peristaltik usus, feses warna tanah liat, melena, urine gelap dan pekat
d.      Makanan atau cairan
Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah, penurunan BB, edema umum pada jaringan, nafas berbau, perdarahan gusi.
e.       Neurosensori
Perubahan kepribadian, penurunan mental, bingung, bicara lambat, tidak jelas atau koma.
f.       Nyeri atau kenyamanan
Nyeri tekan abdomen atau nyeri dikuadran kanan atas, pruritis, neuronefritis perifer.
g.      Pernapasan
Dispneaa, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi nafas tambahan, ekspansi paru terbatas, hipoksia.
h.      Keamanan
Pruritus, demam, ikterik, eritema palmaris, ptechie
i.        Aspek psikologis
Konsep diri, keadaaan emosional, pola interaksi, mekanisme kopping.
j.        Aspek sosial
Hubungan yang berarti, budaya keluarga, lingkungan keluarga
k.      Aspek spiritual
Agama, keyakinan tentang sehat dan sakit, nilai kegiatan agama
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:
1)         Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
2)         Intolerans aktifitas b/d kelemahan otot.
3)         Gangguan pola nafas b/d ekspansi paru menurun
4)         Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d Kehilangan berlebihan melalui diare
3. Intervensi
1)      Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan nafsu makan.
Rencana tindakan:
Intervensi
rasional
1.   Diskusikan tentang pentingnya nutrisi bagi klien.
2.   Anjurkan makan sedikit tapi sering.


3.   Batasi cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
4.   Pertahankan kebersihan mulut.


5.   Batasi makanan dan cairan yang tinggi lemak.
6.   pantau intake sesuai dengan diet yang telah disediakan.

Nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan.
Peningkatan tekanan intra abdominal akibat asites menekan saluran GI dan menurunkan kapasitasnya.

Cairan dapat menurunkan nafsu makan dan masukan.
Akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah bau dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
Kerusakan aliran empedu mengakibatkan malabsorbsi lemak.
Untuk mencukupi nutrisi intake harus adekuat.

2)      Intolerans aktifitas b/d kelemahan otot.
Tujuan: Klien dapat beraktifitas sesuai dengan batas toleransi.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
Rencana tindakan:
Intervensi
Rasional
1.  Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: apakah tekanan darah stabil, perhatian terhadap aktifitas dan perawatan diri.
2.  jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas contoh: posisi duduk di tempat tidur, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
3.  Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan (makan, minum, mandi, berpakaian dan eleminasi).
Stabilitas fisiologis penting untuk menunjukkan tingkat aktifitas individu.

Kemajuan aktifitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi.

3) Gangguan pola nafas b/d ekspansi paru menurun
Intervensi
Rasional
1.      Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan

2.      Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronki


3. Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring
pernapasan dangkal cepat/dipsnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan/atau akumulasi cairan dalam abdomen
menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis) meningkatkan risiko infeksi
memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret


4) Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d Kehilangan berlebihan melalui diare
Intervensi
Rasional
1.      Catat kehilangan melalui diare



2.      Kajian tanda vital, nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
3.      Periksa adanya asites atau edema
Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian efek terapi.


Indikator volume sirkulasi/perfusi


Deteksi kemungkinan pendarahan dalam jaringan


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa siarosis hepatis  adalah penyakit menahun di tandi dengan adanya gangguan struktur hati yaitu timbulnya jaringan baru yang berlebihan dan tidak saling berhubungan  yang di kelilingi oleh jaringan perut serta gangguan aliran darah ke hati
Penyebab sirosis hati beragam. Selain disebabkan oleh virus hepatitis B ataupun C, ega juga di akibatkan oleh konsumsi egara yang berlebihan, bergai macam penyakit egaraic, adanya ganguan imunologis, dan sebagainya.
B.     Saran
            Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui tentang penyakit sitosis ini,hal ini ditujukan apabila mahasiswa menemukan kasus penyakit sirosis hepatis  di lingkungannya,mahasiswa dapat melakukan tindakan lebih awal dengan meminta pasien memeriksakan dirinya ke dokter. Selainn itu asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis sangat penting dipelajari siswa agar siswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis dan merawat klien jika berhadapan langsung dengan klien dengan sirosis hepatis.


DAFTAR PUSTAKA




DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M .E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Engram, B, 1999, Rencana asuhan Keperawatan, volume 3, EGC, Jakarta
Gallo, H, 1996, Keperawatan Kritis, volume 2, EGC, Jakarta
NANDA, 2005, Nursing diagnosis, Philadelphia the assocation, Philadelphia
Priharjo, R, 1993, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta
Suddart, B, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, EGC, Jakarta
Waspandji, S, 1987, Ilmu Penyakit Dalam, Balai penerbit , edisi 2, FKUI, Jakarta

1 komentar:

  1. Sirosis hepatis adalah suatu keadaan di mana jaringan liver mengalami perubahan menjadi jaringan ikat yang keras. Sirosis mengakibatkan gangguan fungsi hati, baik fungsi metabolisme dan sirkulasi darah. temukan jawab solusi masalah Sirosis hepatitis anda di Tanyadok.com Portal tanya jawab seputar kesehatan

    BalasHapus