♥ welcome to my blog ♥

Sabtu, 17 Mei 2014

Gangguan Kandung Empedu



BAB II
PEMBAHASAN
·      Definisi
Kandung empedu merupakan kantong berongga berbentuk pir yang terletak di bawah lobus kanan hati.
Empedu yang di sekresi secara terus menerus oleh hati, salura empedu yang kesil bersatu mambentuk dua saluran lebih besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri, yang segera barsatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus. Pada banyak orang, duktus koledokus bersatu dengan duktus pankreatikus membentuk ampula vateri(bagian duktus yang melebar pada tempat menyatu) sebelum bermuara ke usus halus . bagian terminal dari kedua saluran dan ampula dikelilingi oleh serabut otot sirkular  yang dikenal sebagai sfingter oddi

Fungsi utama kandung empedu
Menyimpan dan memekatkan empedu. Kandung empedu mampu menyimpan sekitar 40-60 ml empedu. Empedu hati tidak dapat segera masuk ke deudenum; akan tetapi setelah melewati duktus hepatikus, empedu masuk ke duktus sistikus dan kandung empedu. Dalam kandung empedu, pembuluh limfe dan bembuluh darah mengabsorbsi air dan garam-garam anorganik, sehingga empedu dalam kandung empedu kira-kira 5 kali lebih pekat dibandingkan dengan empedu hati. Secara berkala kandung empedu mengosongkan isinya kedalam duodenum melalui kontraksi simultan lapisan otot nya dan relaksasi sfingter oddi. Hormone kolesistokinin (CCK) dilepaskan dari sel duodenal akibat hasil pencernaan dari protein dan lipid dan hal ini merangsang terjadinya kontraksi kandung empedu.

Anatomi dan Fisiologi Kandung Empedu
Anatomi Kandung Empedu
Kandung empedu bentuknya seperti pir, panjangnya sekitar 7 - 10 cm. Kapasitasnya sekitar 30-50 cc dan dalam keadaan terobstruksi dapat menggembung sampai 300 cc. Organ ini terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Bagian ekstrahepatik dari kandung ampedu ditutupi oleh peritoneum.(yayan 2008)
Menurut Pearce ( 2006) bagian-bagian kandung empedu yaitu:
a. Fundus Vesikafelea
Bentuknya bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di atas tepi hati, dan sebagian besar tersusun atas otot polos dan jaringan elastik merupakan tempat penampungan empedu.
b. Korpus Vesikafelea
Bentuknya terbesar dari kandung empedu dan ujungnya membentuk leher dari kandung empedu
c. Leher Kandung Empedu
Merupakan leher dari kandung empedu yaitu saluran yang pertama masuknya getah empedu ke badan kandung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kandung empedu.
d. Duktus Sistikus
Panjangnya + 3 ¾ cm berjalan dari leher kandung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus membentuk saluran empedu ke duodenum
e. Duktus Hepatikus
Saluran yang keluar dari leher
f. Duktus koledukus
Saluran yang membawa empedu ke duodenum
Pasokan darah ke kandung empedu adalah melalui arteri akan terbagi menjadi arteria dan posterior secara khas merupakan cabang dari arteri hepatica kanan, tetapi asal dari arteri sistika bervariasi.
Menurut Pearce, 2006: 206, kandung empedu mempunyai beberapa lapisan yaitu:
a. Lapisan Serosa Peritoneal
Merupakan lapisan luar dari empedu
b. Lapisan otot tak bergaris
Merupakan lapisan tengah dari empedu.
c. Lapisan dalam mukosa atau membrane mukosa
Merupakan lapisan yang bersambung dengan lapisan saluran empedu yang memuat sel epitel silinder yang mengeluarkan sekret masin dan cepat mengabsorpsi air dan elektrolit, tetapi tidak garam empedu atau pigmen karena itu empedunya menjadi pekat.

Fisiologi Kandung Empedu
Empedu diproduksi oleh sel hepatosis sebanyak 500-1500 ml per hari. Di luar waktu makan, empedu disimpan sementara di dalam kandung empedu. Dan disini mengalami pemekatan sekitar 50 persen. Pengaliran cairan empedu di atur tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi kandung empedu dan tahanan sfingter koledukus. (Baughman,2000).
Cairan empedu merupakan cairan yang kental yang berwarna kuning keemasan kehijauan yang dihasilkan secara terus menerus oleh sel hepar + 500-1000 ml sehari. Empedu merupakan zat esensial yang diperlukan dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Cairan empedu merupakan suatu media untuk menyekresi zat tertentu yang tidak dapat disekresi oleh ginjal. (Syaifuddin, 2009).
Menurut Syaifuddin (2009) unsur-unsur cairan empedu yaitu:
a. Garam-garam empedu
Disintesis oleh hepar, berasal dari kolesterol, suatu alcohol steroid yang banyak dihasilkan hati dan berfungsi membantu pencernaan lemak dan mengemulsi lemak dengan kelenjar lipase dari pankreas
b. Sirkulasi Antero Hepatik
Garam empedu (pigmen) diabsorpsi oleh usus halus masuk ke dalam vena partu di alirkan ke hati untuk digunakan ulang
c. Pigmen Empedu
Pigmen empedu merupakan hasil utama dari pemecahan haemoglobin dari plasma mensekresinya ke dalam empedu
d. Bakteri Dalam Usus Halus
Bakteri dalam usus halus mengubah billirubin menjadi urobilin yaitu satu zat yang direabsorpsi dari usus dan di ubah menjadi sterkobilin yang disekresi dalam feses sehingga berwarna kuning.



Fungsi kandung empedu adalah:
a. Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu menjadi kental
b. Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel hati jumlah setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1000 cc yang digunakan untuk mencerna lemak
c. Memberi warna feses dan sebagian diabsorpsi kembali oleh darah dan membuat warna pada urin yang disebut urobilin



Gejala-Gejala Pada Kandung Empedu
Gejala Batu Empedu
Rasa nyeri di perut, di bawah rusuk yang menjalar ke punggung, tulang belikat, atau di bawah bahu kanan menjadi gejala khas dari batu empedu.
Seorang dengan batu empedu mungkin akan mengalami sakit parah dalam beberapa jam setelah mengonsumsi makanan dengan kadar lemak tinggi.
Beberapa gejala umum lainnya meliputi mual, muntah, perut kembung, gas usus, gangguan pencernaan, dan jaundice (kulit kuning).
Selain itu gejala mirip flu, seperti menggigil, keringat dingin, dan demam juga bisa terjadi yang disertai nyeri perut.
Tinja yang berwarna seperti dempul bisa menjadi salah satu indikasi batu empedu.

·        Kolelitiasis
Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu, biasanya berhubungan engan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung empedu. (Doenges, Marilynn, E., 1999)
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. (Smeltzer, Suzanne, C. 2001)

Etiologi
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolesterol, kalsium bilirubinat, atau campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu dapat terjdi pada duktus koledukus, duktus hepatika, dan duktus pankreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita. (Doenges, Marilynn, E. 1999)

Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang tersusun dari pigmen dan batu yang tersusun dari kolesterol.
1. Batu pigmen : kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak terkonjugasi dalam empedu mengadakan presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu-batu ini tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
2. Batu kolesterol : kolesterol sebagai pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air, kelarutannya tergantung pada asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pasien penderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati, keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu yang jenuh oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu dan menjadi iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu (Smeltzer, Suzanne C., 2000)


Manifestasi Klinis
1. Aktifitas atau istirahat
Gejala : kelemahan
Tanda : gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat
3. Eliminasi
Gejala : perubahan warnaa urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, teraba massa pada kuadran kanan atas, urin gelap, pekat, feses warna tanah liat, steaforea.
4. Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, mual atau muntah, regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia
Tanda : kegemukan, adanya penurunan berat badan
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau bahu kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan.
Tanda : nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadaran kanan atas ditekan
6. Pernafasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas pendek, dangkal
7. Keamanan
Tanda : demam, menggigil, ikterik, berkeringat dan gatal, perdarahan (kekurangan vitamin K)
(Doenges, Marilynn E, 1999)


Pemeriksaan Diagnostik
1.                  Pemeriksaan sinar X-Abdomen
2.                  Ultrasonografi (USG)
3.                  Pemeriksaan pencitraan radionukleida atau koleskintografi
4.                  Kolesistogragi
5.                  Kolanlopankreatogragi retrogad endoskopik CERCP : Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography) : pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat-optik yang fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens.
6.                  Kolangiografi transhepatik perkutan : penyuntikan bahan kontras langsung ke dalam percabangan bilier.
(Smeltzer, Suzanne, C. 2001)
7.                  Darah lengkap : lekositosis sedang
8.                  Bilirubin dan amilase serum meningkat
9.                  Enzim hati serum –AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH meningkat
10.              Kadar protrombin : menurun
11.              CT-scan
(Doenges, Marlynn, E, 1999)

Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan non bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet
80% dari pasien inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat, cairan infus, pengisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik. Diit yang dianjurkan adalah tinggi protein dan karbohidrat.
b. Farmakoterapi
Asam ursodeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksikolat (chenodial, chenofalk). Fungsinya untuk menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya dan tidak desaturasi getah empedu.
c. Pengangkatan batu empedu tanpa pembedahan
Pengangkatan batu empedu : menginfuskan bahan pelarut (monooktanoin atau metil tertier butil eter (MTBE) ke dalam kandung empedu.
Pengangkatan non bedah : dengan lewat saluran T-tube dan dengan alat jaring untuk memegang dan menarik keluar batuyang terjepit dalam duktus koleduktus.
d. Extracorporal shock-wave lithotripsy (ESWL) : gelombang kejut berulang yang diarahkan kepada batu empedu yang gelombangnya dihasilkan dalam media cairan oleh percikan listrik.
Efek samping : petekia kulit dan hematuria mikroskopis
2. Penatalaksanaan bedah
a. Kolesistektomi : paling sering digunakan atau dilakukan : kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
b. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi laparoskopik (endoskopik) : lewat luka insisi kecil melalui dinding abdomen pada umbilikus.
d. Koledokostomi : insisi lewat duktus koledokus untuk mengeluarkian batu empedu.
(Smeltzer, Suzanne C, 2001)



Komplikasi
1.                  Kolistitis obstruksi pada duktus sistikus atau duktus koleduktus
2.                  Peritonitus
3.                  Ruptur dinding kandung kemih
(Arif Mansjoer, 2001)
·        Kolesistitis 


DEFINISI
          Kolesistitis adalah Inflamasi kantung empedu akut atau kronis yang disebabkan oleh batu empedu yang terjepit dalam saluran sistik dan disertai inflamasi di balik obstruksi (Williams&Wilkins, 2011)
             Kolesistitis adalah Inflamasi kandung empedu akut atau kronik (Ovedoff, 2002)

ETIOLOGI
·                     Penyebab tersering obstruksi duktus oleh batu empedu
·                     Kolelitiasis terdapat lebih dari 80%
·                     Infeksi bacterial dapat terjadi karena adanya obstruksi
·                     Proses inflamasi berkembang relative lambat tetapi dapat berkembang menjadi empiema, gangren dan perforasi
·                     Penyakit kronik sering terjadi setelah serangan inflamasi akut yang berulang-ulang secara terpisah tetapi mungkin berkembang berangsur-angsur tanpa terjadi eksaserbasi akut



PATOFISIOLOGI*
Kandung empedu memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada didalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati. Pada individu normal, cairan empedu mengalir ke kandung empedu pada saat katup Oddi tertutup. Dalam kandung empedu, cairan empedu dipekatkan dengan mengabsorpsi air. Derajat pemekatannya diperlihatkan oleh peningkatan konsentrasi zat-zat padat. Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi progresif, perubahan susunan kimia dan pengendapan unsur tersebut. Perubahan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan empedu, stasis empedu, dapat menyebabkan infeksi kandung empedu. Jika pengobatan tertunda atau tidak tersedia, dalam beberapa kasus kandung empedu menjadi sangat terinfeksi dan bahkan gangren. Hal ini dapat mengakibatkan keracunan darah (septikemia), yang sangat serius dan dapat mengancam hidup. mungkin komplikasi lain termasuk: kantong empedu dapat perforasi (pecah), atau fistula (saluran) bisa terbentuk antara kandung empedu dan usus sebagai akibat dari peradangan lanjutan.

NURSING PATHWAY:




MANIFESTASI KLINIS
·                     Nyeri abdomen timbul berangsur-angsur mungkin didahului oleh nyeri epigastrium tetapi segera menetap di daerah subkostal kanan dan mungkin terasa pada punggung di bawah scapula.
·                     95% pasien kolesistitis akan menderita kolelitiasis
·                     Riwayat kolik bilier: anoreksia, mual dan muntah, serta demam sering terdapat
·                     Nyeri tekan pada daerah bawah iga kanan; spasme otot polos membatasi pemeriksaan
·                     Bila penderita bernapas dalam, nyeri tekan bertambah hebat selama palpasi bila ibu jari pemeriksa diletakkan pada garis payudara; menyebabkan pernapasan berhenti (inspiratory arrest)(tanda Murphy)
·                     Kandung empedu kadang-kadang dapat teraba
·                     Leukositosis
·                     Demam
·                     Diaforesis
·                     Mual, muntah
·                     Nyeri tekan kuadran kanan atas
·                     Peninggian bilirubin ringan
·                     Peninggian fosfatase alkali
·                     Ikterus dapat terjadi
·                     Gatal

·         Atresia Biliary
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Dapat juga diartikan bahwa Obstruksi billiaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya jaringan fibrosis. Atresia Billiaris merupakan obstruksi bilier ekstrahepatik progresif pada neonates. Cabang-cabang bilier ekstrahepatik mengalammi fibrosis, dan terlibat dalam inflamasi hebat  yang menunjukan adanyha infeksi. Jika tidak diobati, akhirnya akan membahayakan system bilier intrahepatik dan mengakibatkan sirosis, hipertensi portal, asites, dan insufisiensi hepar.
Atresia biliary merupakan obliterasi atau hipoplasi satu komponen atau lebih dari duktus biliaris akibat terhentinya perkembangan janin, menyebabkan ikterus persisten dan kerusakan hati yang bervariasi dari statis empedu sampai sirosis biliaris, dengan splenomegali bila berlanjut menjadi hipertensi porta. (Kamus Kedokteran Dorland 2002: 206). Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut. (Donna L. Wong 2008: 1028)
Atresia bilier (biliary atresia)a adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-saluran  yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi  congenital, yang berarti terjadi  saat kelahiran. Atresia billiaris merupakan salah satu penyebab dari kolestasis extrahepatik. Gejala yang sering menyertai adalah: sindrom polisplenia (situs inversus, levocardia, dan tidak adanya vena cava inferior). Napsu makan sangat menurun, muntah, irritable dan sepsis akibat adanya kelainan metabolisme, (missal: galaktosemia, intoleransi fruktosa herediter, trisemia, dll),  Hersig J (1980).
Atresia billiaris merupakan penyebab tersering dari ikterus pada neonates. Atresia merupakan kegagalan perkembangan lumen pada korda epitel yang akhirnya menjadi duktus billiaris, kegagalan ini dapat menyeluruh atau sebagian. Penyakit ini tidak mungkin terjadi lebih dari sekali dalam sebuah keluarga.

 Etiologi
Biliaris ini disebabkan oleh:
·         batu empedu
·         karsinoma kaput pankreas
·         radang duktus biliaris komunis
·         ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis
·         kista dari saluran empedu
·         limfe node diperbesar dalam prta hepatis
·         tumor yang menyebar ke sistem empedu

Patofisiologi
Atresia biliaris adalah kondisi congenital dimana tidak adanya atau tertutupnya duktus yang menghubungkan empedu dan liver. Salah satu fungi liver adalah untuk memproduksi empedu (yang dibuat dari kolesterol, garam empedu, dan   produg sisa/ pembuangan) yang mengalir dari liver menuju small intestine (usus halus) dirnan ana fungsinya adalah membantu mencerna makanan.
Untuk alasan yang tidak diketehui, inflamasi yang progresif  pada hati segera dimula saat setelah lahir, tahap awal biasanya menyerang duktus ekstrahepatik. Pembengkakan dan jaringan parut dalam system drainase empedu didalam hepar dan diikuti oleh kerusakan sel hati yang sangat cepat, mengakibatkan sirosis hepatis.
Kemungkinan dapat disebabkan oleh virus (missal: retrovirus) yang memicu timbulnya respon autoimun dimana pertahanan tubuh mulai merusak sel-sel kawannya. Atresia biliaris hanya menyerang bayi baru lahir dan bukan merupakan penyakit herediter, menular dan dapat dicegah.
Secara embriologi, percabangan bilier berkembang dari divertikulum hepatik dari embrio foregut. Duktus bilier intrahepatik berkembang dari hepatosit janin, sel-sel asal bipotensial mengelilingi percabangan vena porta. Sel-sel duktus bilier primitif ini membentuk sebuah cincin, piringan duktal, yang berubah bentuk menjadi struktur duktus bilier matang. Proses perkembangan duktus biliaris intrahepatik dinamis selama embriogenesis dan berlanjut sampai beberapa waktu setelah lahir. Duktus biliaris ekstrahepatik muncul dari aspek kaudal divertikulum hepatik. Selama stadium pemanjangan, duktus ekstrahepatik nantinya akan menjadi, seperti duodenum, sebuah jalinan sel-sel padat. Pembentukan kembali lumen dimulai dengan duktus komunis dan berkembang secara distal seringkali mengakibatkan 2 atau 3 lumen untuk sementara, yang nantinya akan bersatu. Komponen intrahepatik selanjutnya bergabung dengan sistem duktus ekstrahepatik dalam daerah hilus.
Saat ini, teori yang paling membangkitkan minat adalah bahwa atresia bilier merupakan hasil akhir satu atau beberapa dari cemooh-cemooh ini yang nantinya menyebabkan epitel bilier menjadi ‘peningkatan susunan’ untuk mengekspresikan antigen pada permukaan sel (Dillon). Pengenalan oleh sel T yang beredar kemudian memulai respon imun dimediasi-sel, mengakibatkan cedera fibrosklerotik yang terlihat pada atresia bilier. Tampaknya terdapat dua kelompok terpisaah pasien dengan atresia bilier: bentuk embrionik awal dihubungkan dengan kemunculan berbagai anomali lainnya dan bentuk janin kelak/perinatal yang biasanya terlihat terisolasi. Etiologi masing-masingnya mungkin berbeda.
Temuan patologis pada atresia bilier ditandai dengan sklerotik inflamasi yang kehilangan semua atau sebagian percabangan bilier ekstrahepatik juga sistem bilier intrahepatik. Tidak seperti atresia traktus gastrointestinal lainnya yang memiliki batasan tempat obstruksi jelas dengan dilatasi proksimal, dalam varian atresia bilier yang paling umum, duktus biliaris diwakili oleh jalinan fibrosa tanpa dilatasi apapun di proksimalnya. Sedangkan varian lainnya memiliki sisa nyata – distal, dari kandung empedu, duktus sistikus dan duktus komunis, atau proksimal, dengan hilus kista.
Kandung empedu biasanya kecil namun kemungkinan masih memiliki lumen berkerut yang berisi cairan jernih (“empedu putih”). Secara mikroskopis, sisa bilier diwakili oleh jaringan fibrosa padat, distal. Proksimal, duktus biliaris dikelilingi oleh fibrosis konsentris dan infiltrat peradangan disekitar struktur seperti-duktus yang kecil sekali, duktus koledokus dan kelenjar bilier. Oklusi sclerosing duktus bilier menjadi lebih luas seiring dengan pertambahan usia. Kasai dan rekan-rekannya memperlihatkan bahwa duktus intrahepatik berhubungan dengan hepatis porta melalui kanal yang kecil sekali, setidaknya diawal masa bayi. Rekonstruksi bedah berdasarkan pada pedoman ini.

Pathway

Manifestasi klinik
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa:
  • Air kemih bayi berwarna gelap
  • Tinja berwarna pucat
  • Kulit berwarna kuning
  • Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat
  • Hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
  • Gangguan pertumbuhan
  • Gatal-gatal
  • Rewel
  • Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa Kandung Empedu antara lain:
Kolesistitis merupakan peradangan kandung empedu mungkin akut maupun kronik. USA, kolesistitsis merupakan salah satu indikasi yang paling lazim untuk pembedahan abdomen. Distribusinya pada penduduk erat sejajar dengan batu empedu, dan ternyata batu ditemukan pada 80 - 90 % dari semua penderita kolesistisis. Peran jejas kimia, infeksi bakteri dan batu empedu kolesistisis merupakan pokok permasalahan.
Pada penanganannya pasien dengan kolesistisis perlu diberi diet atau batasan masukan makanan berlemak, sebab hal ini dapat menyebabkan nyeri hebat pada abdomen kanan atas. Teknis pengontrolan nyeri juga sangat perlu diterapkan pada pasien berhubungan dengan kenyamanan pasien terganggu
Saran
Oleh karena itu hendaklah dalam mengkonsumsi makanan harus seimbang dan memenuhi banyak gizi supaya kondisi tubuh menjadi sehat dan tidak rentan terhadap penyakit.selain itu banyak berolahraga agar kondisi imunitas tubuh menjadi baik dan tahan terhadap penyakit maupun kondisi tubuh kita kebal terhadap penyakit.jangan banyak mengkonsumsi alkohol maupun miras karena dapat memicu penyakit hati dan kandung empedu.




DAFTAR PUSTAKA
Newman, W.A. Dorland. 2002. Kamus Kedoteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EG
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Chandrasoma, Parakrama. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi, Ed 2. Jakarta : EGC.
M. saccharin, Rosa. 1996. Prinsio Keperawatan Pediatrik, Ed. 2. Jakarta: EGC.
Merestein, Gerald B. 1993. Buku Pengantar Pediatri. Jakarta: Widya Medika.
Rendla, Short, John. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak, Edisi 6, Jilid 2. Jakarta: Binar Putraaksara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar