♥ welcome to my blog ♥

Jumat, 23 Mei 2014

PSIKOLOGI HUMANISTIK



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama lain psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifase terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis (Masiak dan Sexton, 2005).
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu :
1.      psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
2.      psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.
3.      psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam pelaksanaan psikoterapi.

Tujuan :
Diharapkan dari diskusi ini umumnya bagi para orangtua serta konselor agar dapat mengarahkan dan memperhatikan kondisi serta kehidupan anaknya ke arah yang lebih baik untuk menyelesaikan masalahnya. Dan khususnya bagi mahasiswa agar dapat lebih memahami dirinya sendiri.



BAB II
PEMBAHASAN

PSIKOLOGI HUMANISTIK
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Gerakan ini merupakan gerakan psikologi yang merasa tidak puas dengan psikologi behavioristik dan psikoanalisis, dan mencari alternatif psikologi yang fokusnya adalah manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Gerakan ini kemudian dikenal dengan psikologi humanistik (Misiak dan Sexton, 1988).
Ia tertarik pada apa yang dikemukakan oleh Adler, dan ia sendiri dijadikan contoh teori Adler tentang rasa inferior dan kompensasi (Schultz dan Schultz, 1992). Namun kompensasinya semula tidak dapat dicapainya dan ia pindah menekuni buku, dan dalam hal ini ia berhasil.
Gerakan psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat pada tahun 1950 dan terus berkembang. Para tokohnya berpendapat bahwa psikologi terutama psikologi behavioristik mendehumanisasi manusia. Sekalipun psikologi behavioristik menunjukkan keberhasilannya yang cukup spektakuler dalam bidang-bidang tertentu, namun sebenarnya gagal untuk memberikan sumbangan dalam pemahaman manusia dan kondisi ekstensinya.
Dalam suasana ketidakpuasan terhadap psikologi behavioristik, muncul berbagai macam buku ataupun artikel yang berkisar pada penekanan soal person. Misalnya Maslow dengan bukunya yang berjudul “Motivation and Personality) (1954) ; bukunya Allport yang berjudul “Becoming” (1955), yang menekankan pada sifat-sifat yang ada pada manusia. Karena itu para ahli psikologi humanistik mengarahkan perhatiannya pada “humanisasi” psikologi, yang menekankan pada keunikan manusia.
Manusia adalah manusia yang kreatif, yang dikendalikan bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran -- psikoanalisis --, melainkan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri. Pada tahun 1958 Maslow menanamkan psikologi humanistik sebagai  “kekuatan yang ketiga”, di samping psikologi behavioristik dan psikoanalisis sebagai kekuatan pertama dan kekuatan kedua.

Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang tercermin dalam bukunya “Motivation dan Personality”. Ia mengajukan teori tentang hierarchy of needs. Kebutuhan-kebutuhan atau needs ini adalah innate, yaitu :
a.       Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs);
b.      Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs);
c.       Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the belongingness and love needs);
d.      Kebutuhan aktualisasi diri (the needs for self-actualization) (Maslow, 1970). Apabila kebutuhan yang satu telah terpenuhi, maka kebutuhan lain yang lebih tinggi menuntut untuk dipenuhi, demikian seterusnya. Kebutuhan untuk aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi.
Menurut Maslow psikologi harus lebih manusiawi, yaitu lebih memusatkan perhatiannya pada masalah-masalah kemanusiaan. Psikologi harus mempelajari kedalaman sifat manusia, selain mempelajari perilaku yang nampak juga mempelajari perilaku yang tidak tampak, mempelajari ketidaksadaran sekaligus mempelajari kesadaran. Introspeksi sebagai suatu metode penelitian yang telah disingkirkan, harus dikembalikan lagi sebagai metode penelitian psikologi. Psikologi harus mempelajari manusia bukan sebagai tanah liat yang pasif, yang dietentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar, tetapi manusia adalah makhluk yang aktif, menentukan geraknya sendiri, ada kekuatan dari dalam untuk menentukan perilakunya.
Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu :
1.      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.      Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3.      Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.
Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:
1)      keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen;
2)       manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya;
3)      manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain;
4)      manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya;
5)      manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas.
Terdapat beberapa ahli psikologi yang telah memberikan sumbangan pemikirannya terhadap perkembangan psikologi humanistik. Sumbangan Snyggs dan Combs (1949) dari kelompok fenomenologi yang mengkaji tentang persepsi. Dia percaya bahwa seseorang akan berperilaku sejalan dengan apa yang dipersepsinya. Menurutnya, bahwa realitas bukanlah sesuatu yang yang melekat dari kejadian itu sendiri, melainkan dari persepsinya terhadap suatu kejadian.
Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Morris (1954) meyakini bahwa manusia dapat memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri dan kemudian mempertanyakan dan mengoreksinya. Dia menyebutkan pula bahwa setiap manusia dapat memikirkan tentang perasaan-persaannya dan juga memiliki kesadaran akan dirinya. Dengan kesadaran dirinya, manusia dapat berusaha menjadi lebih baik. Carl Rogers berjasa besar dalam mengantarkan psikologi humanistik untuk dapat diaplikasian dalam pendidikan. Dia mengembangkan satu filosofi pendidikan yang menekankan pentingnya pembentukan pemaknaan personal selama berlangsungnya proses pembelajaran dengan melalui upaya menciptakan iklim emosional yang kondusif agar dapat membentuk pemaknaan personal tersebut. Dia memfokuskan pada hubungan emosional antara guru dengan siswa.
Berkenaan dengan epistemiloginya, teori-teori humanistik dikembangkan lebih berdasarkan pada metode penelitian kualitatif yang menitik-beratkan pada pengalaman hidup manusia secara nyata (Aanstoos, Serlin & Greening, 2000).
Kalangan humanistik beranggapan bahwa usaha mengkaji tentang mental dan perilaku manusia secara ilmiah melalui metode kuantitatif sebagai sesuatu yang salah kaprah. Tentunya hal ini merupakan kritikan terhadap kalangan kognitivisme yang mengaplikasikan metode ilmiah pendekatan kuantitatif dalam usaha mempelajari tentang psikologi.
Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa teori-teorinya tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang memiliki kekuatan prediktif sehingga dianggap bukan sebagai suatu ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).
Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar.
Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanistik ini.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
Dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori ini kita dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak dalam proses perkembangannya.

Saran :
Kita sebagai manusia harus bisa memahami diri sendiri, dapat memahami sifat, dapat memahami watak dan bisa mengenal siapa diri kita sendiri.
Dalam hal ini peran orangtua pada anak harus lebih peka agar tidak merugikan anak itu sendiri dalam proses perkembangan tingkah lakunya, serta mengajarkan pada anak dalam hal etika dan sopan santun.



DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_education
en.wikipedia.org/wiki/Humanistic_psychology
rumahbelajarpsikologi.com
Walgito, Bimo,. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Andi: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar