Kita yang Tiada dalam Keadaan Rela

Aku menncintaimu sekedarnya, tak kurang maupun berlebihan 
agar nanti dipisahkan tak terlalu menyakitkan, 
entah kenapa kau sangat marah. Katamu itu tak setulus hati tapi pikirku apa guna nya berlebih jika kau sendiri hanya separuh hati.
Aku tak terlalu paham soal teori mencintai dengan sepenuh hati dan lelaki hanya memberikan separuh hati 
ketika aku bertanya semesta selalu tersenyum dengan ditandai senja memerah, indah dan penuh dengan banyak makna 
tapi aku bodoh karna tak bisa membaca tanda yang semesta tunjukan.

Lelakiku, bisakah kamu sedikit bisa lebih memaknai kita sebagai tanda bahwa bahagia ada di dalamnya, 
jangan pernah berubah, lelah apalagi menyerah,
sebab Tuhan membenci umatnya yang mudah menyerah sebelum berusaha.
 Namun, jika dirasa hadirku terlalu mengganggu, bisikan kalimat perpisahan dengan dibarengi dekap tanpa jeda agar gelisah di dada yang melanda setelah kamu tak ada lenyap menempel di tubuhmu dan aku sudah kembali baik setelah kau lepas dekapan itu.
Aku akan mendaratkan kecup pada pelipis mu sebagai tanda berakhir jika kita sudah sama-sama rela melepas segala asa, bahagia, luka dan juga cinta.